Momen Liburan Tahun Baru Bersama Keluarga Di Kampung Halaman
- 12/28/2018 02:01:00 PM
- By Salman Faris
- 0 Comments
Source : Traveloka |
Source : Traveloka |
Saat kuliah itu saat dimana kita bisa menentukan masa depan. Yes, pada saat lulus kuliah dan memilih jurusan, maka masa depan dalam genggaman. Hahaha, memang agak lebay sihm tapi kenyataannya seperti itu. Kalo pilihan kita sudah umum di masyarakat sih wajar-wajar aja seperti akuntansi, kedokteran, arsitek dan lainnya. Cobalah jurusan videografi, design grafis, dan lainnya maka orang tua kita akan murka dan sulit untuk mengeluarkan biaya kuliah. Belum tuntas soal jurusan, masalah bertambah ketika hobi kita setiap hari main games.
"Tiap hari main games. Mau jadi apa kamu?"
Bukan tidak mungkin kata-kata inilah yang akan muncul ketika melihat anaknya hanya bermain games.
"Kan udah liburan."
Walaupun liburan, tetap saja akan ada larangan dari orang tua karena menanggap games bukanlah masa depan.
"Ma, Pa, aku kan persiapan buat ikut turnamen games."
"Apa, kamu ikut turnamen ? Tingkat apa? RT?"
"Turnamen games tingkat Asia donk, Pa."
Orang tua langsung kaget dan salah persepsi dengan apa yang kita lakukan saat ini. Padahal, dari turnamen ini bisa mendapatkan hadiah yang lumayan banyak dan memawa nama Indonesia di area regional.
Zaman now, hobi pun dapat mendatangkan pundi-pundi keuangan asal ditekuni dan mendapatkan jalur yang benar. Kalau bicara tentang games, maka Mineski Indonesia adalah salah satu pelopor dan nomor satu di Indonesia dalam esport. Esport ini termasuk di dalamnya games.
Mineski ini sebetulnya wadah para gamers untuk mewujudkan cita-citanya menjadi gamers berskala internasional dengan level profesional. Selain itu, Mineski Indonesia melakukan pembibitan dengan masuk dan melakukan turnamen di kampus-kampus di seluruh Indonesia.
Hadir dalam acara MET Launching yang akan menyelenggarakan banyak sekali turnamen di tahun 2019, salah satu yang paling ditunggu adalah Jakarta Master yang melibatkan banyak peserta dari seluruh Indonesia.
Masih ingat dengan kegiatan kita di pagi hari ketika mau sekolah? Pastinya membuat kita stress apalagi jika ada pekerjaan rumah yang belum kita kerjakan. Apalagi saya biasanya suka begadang mendengarkan lagu-lagu yang di request melalui radio kesayangan, bikin saya telat bangun dan pasti tahu apa yang terjadi selanjutnya kan hahaha, jadul bener ya. Kalo anak millenias sekarang lebih puas kalo main games atau nonton youtube sampai puas ya. Dulu seluruh pelajaran harus disiapkan bukunya serta harus tersampul rapi. Waktu itu sampulnya warna cokelat dan langsung ada isian nama, mata pelajaran, kelas, dan alamat. Nah kalau kalian yang masih sekolah gimana nih, masih berkutat dengan buku pelajaran dan peralatan sekolah?
Kalau ingat masa sekolah pasti ingat rangking dan mata pelajaran yang disukai. Kalau saya suka Bahasa Indonesia dan Biologi. Bahasa Indonesia karena saya suka bikin puisi, Biologi karena saya suka banget dengan tanaman, terutama padi dan tebu. Padi dan tebu bikin saya betah bermain, apalagi usaha Ayah saya yang berhubungan dengan dunia tani. Mungkin, seminggu sekali pasti Ayah mengajak saya ke tempat kerja yang dikelilingi sawah dan kebun tebu. Bagaimana dengan masa kecilmu dulu dan pelajaran apa yang kamu sukai?
Sekolah itu tempat belajar banyak hal mulai dari mata pelajaran sampai mengejar cita-cita. Dulu, saya bercita-cita menjadi dokter atau psikolog, namun akhirnya malah saya memilih akuntansi sebagai jurusan perkuliahan. Dan, coba tebak apa yang terjadi? Saya memilih menjadi seorang blogger, cita-cita yang tidak populer pada masa lalu, namun sangat kece saat ini. Cita-cita tidak selalu yang paling banyak diterima oleh masyarakat namun yang mampu membuatmu melakukannya dengan bahagia. Jika sesuatu yang ditekuni maka akan mampu menghidupimu, percaya lah bahwa rejeki akan datang kepada orang yang tekun dan rajin melakukan pekerjaannya.
Cita-cita itu sebetulnya dimiliki oleh semua orang termasuk anak sekolah di desa terpencil sekalipun memilikinya. Namun, apakah mereka memiliki kemampuan secara finansial untuk bersekolah. Jangankan untuk sekolah, membeli perlengkapan sekolah seperti tas, buku, sepatu dan lain-lainnya mereka tidak sanggup. Kalau bukan kewajiban pemerintah, siapa lagi yang akan mempedulikan nasib mereka? Apakah kamu peduli dengan nasib setiap anak di Indonesia? Tentu saja kita bisa membantu mewujdkan cita-cita mereka dengan apapun yang kita termasuk saya sebagai seorang blogger yang membantu mereka mendapatkan informasi yang jelas dan tepat seperti ini.
Ngobrolin tentang anak sekolah dengan kemampuan finansial tidak mendukung, beberapa tahun terakhir ini terdapat satu program yang sangat membantu anak-anak usia sekolah mewujudkan cita-citanya. Kartu Indonesia Pintar, sebuah wujud kepedulian pemerintah terhadap fasilitas pendukung sekolah. Tujuan dari program ini adalah untuk membantu biaya personal pendidikan bagi peserta didik miskin atau rentan miskin yang masih terdaftar sebagai peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Biaya personal pendidikan dimaksud meliputi:
Banyak yang bertanya, bagaimana cara mendapatkan dana bantuan tersebut ? Lalu apa persyaratan mendapatkannya ? Apakah anak dengan kemampuan finansial pun bisa mendapatkannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, sebetulnya ada beberapa rules yang harus dipatuhi terutama bantuan ini hanya diperuntukan bagi anak sekolah dari sekolah dasar sampai menengah dengan status keluarga miskin atau rentan miskin. Apa saja yang membuat kita dikatakan keluarga miskin dan rentan miskin? Ada beberapa pesyaratan kartu atau keterangan yang menyatakan hal tersebut dari kelurahan atau desa.
Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan Kartu Indonesia Pintar.
Dukungan dari masyarakat untuk jujur dan memenuhi seluruh peraturanlah yang diharapkan oleh pemerintah. Jika program ini berhasil, maka akan banyak anak-anak dari desa terpencil yang mewujudkan cita-cita mulia mereka. Mungkin saja salah satu dari mereka akan menjadi guru, polisi, pegacara, dokter atau bahkan menjadi seorang presiden yang akan merubah Indonesia menjadi negara yang di segani di Asia dan Dunia.
Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) Direktorat Pembinaan SD:
Telepon : (021) 5725638, Fax. (021) 5725644
HP : 082298973998, 082298973995, 081316633646, 085604618473, 081219333995, 089507113912 dan 081310705645
e-mail : pipsd@kemdikbud.go.id
Pengaduan tertulis disampaikan ke alamat:
Direktur Pembinaan Sekolah Dasar
up. Kasubdit Peserta Didik
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar
Kompleks Kemdikbud, Gedung E Lantai 17
Jl. Jenderal Sudirman – Senayan, Jakarta Pusat 10270