salmanbiroe - Indonesian Lifestyle Blogger
  •  

    Saya masih ingat betul wajah almarhum kakak laki-laki saya ketika membicarakan soal anak. Ia bukan tipe yang banyak bicara, apalagi tentang hal-hal pribadi. Tapi dari sorot matanya, saya tahu ada luka yang tak bisa diucapkan. Lima tahun menikah tanpa kehadiran seorang anak telah menjadi beban yang tak ringan bagi dia dan istrinya. Mereka sempat mencoba berbagai cara: terapi herbal, pijat kesuburan, bahkan bolak-balik ke dokter umum. Tapi hasilnya selalu nihil.

    Awalnya mereka tampak tegar. Mereka menertawakan pertanyaan-pertanyaan basa-basi dari keluarga besar setiap lebaran. Tapi waktu terus berjalan, dan pertanyaan itu berubah jadi tekanan. Kakak saya mulai menarik diri. Istrinya tampak lebih murung dari biasanya. Rumah yang dulu hangat, perlahan menjadi sunyi. Lalu suatu hari, kabar itu datang dan mereka memutuskan berpisah.

    Cerita itu selalu membekas di hati saya. Andai saja dulu ada edukasi dan panduan medis seperti sekarang. Andai saja mereka bertemu dengan dokter seperti dr. Indra N.C. Anwar lebih awal. Mungkin pernikahan mereka masih bisa diselamatkan. Tapi waktu memang tak bisa diulang. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah berbagi agar kisah serupa tak terus berulang. Bahwa selalu ada harapan, selama kita mau membuka diri dan mencari bantuan dari sumber yang tepat.

    Jalan Menuju Buah Hati: Antara Harapan dan Teknologi (Bayi Tabung)

    Kalau dulu solusi masalah kesuburan cuma doa dan ramuan tradisional, sekarang ilmu kedokteran reproduksi sudah berkembang pesat. Salah satu yang paling direkomendasikan oleh dr. Indra adalah dua program utama: Inseminasi Intra Uterus (IIU) dan Bayi Tabung (IVF—In Vitro Fertilization).

    Inseminasi Intra Uterus (IIU) adalah prosedur sederhana di mana sperma suami yang sudah diproses dipilih yang paling sehat, lalu dimasukkan langsung ke dalam rahim istri saat masa subur. Prosedur ini cocok untuk pasangan dengan masalah ringan, misalnya jumlah sperma suami yang sedikit atau gangguan ringan pada lendir serviks istri. Tapi, keberhasilannya relatif rendah, sekitar 10–15% per siklus.

    Berbeda dengan Program Bayi Tabung (IVF) yang merupakan teknologi reproduksi berbantu paling canggih. Dalam proses ini, sel telur diambil dari indung telur perempuan dan dibuahi oleh sperma di laboratorium. Setelah terbentuk embrio, dokter akan menanamkan embrio terbaik ke dalam rahim. 

    Program bayi tabung bukan lagi sekadar alternatif, tapi telah menjadi solusi nyata bagi banyak pasangan yang menghadapi masalah kesuburan berat. Salah satu keunggulan terbesarnya adalah tingkat keberhasilan yang lebih tinggi, terutama pada kasus kompleks seperti tuba falopi tersumbat, endometriosis parah, atau kualitas sperma yang sangat rendah. Teknologi IVF memungkinkan pembuahan terjadi di luar tubuh, sehingga hambatan-hambatan biologis dapat diatasi secara langsung.

    Prosesnya pun sangat terukur dan sistematis. Dimulai dari pemeriksaan kesuburan menyeluruh, kemudian stimulasi ovarium untuk mematangkan banyak sel telur. Setelah itu, dilakukan pengambilan sel telur, lalu pembuahan dengan sperma di laboratorium. Embrio yang terbentuk kemudian ditanamkan ke dalam rahim dalam kondisi paling optimal.

    Dengan pengawasan medis yang ketat dan dukungan teknologi modern, setiap langkah dirancang untuk memaksimalkan peluang keberhasilan. Bahkan, dengan adanya pemeriksaan genetik embrio, calon orang tua bisa memilih embrio yang sehat untuk ditanamkan.

    Meski biayanya relatif tinggi, banyak pasangan menyebut IVF sebagai investasi harapan. Karena pada akhirnya, melihat dua garis merah di test pack setelah sekian lama menunggu, adalah momen yang tak ternilai harganya.

    dr. Indra menekankan bahwa program bayi tabung bukan sekadar proses medis, tapi juga proses emosional. Karena itu, penting bagi pasangan untuk mendapat edukasi, pendampingan psikologis, dan kesiapan mental yang matang. Tak sedikit pasangan yang akhirnya berhasil setelah mengikuti program ini, meski sebelumnya sudah bertahun-tahun mencoba segala cara.

    Masih Ada Harapan Dengan Bayi Tabung 

    Kisah almarhum kakak saya mungkin sudah tertulis seperti itu. Tapi bagi pasangan lain di luar sana, jalan masih terbuka. Masalah kesuburan bukan akhir dari segalanya. Dengan teknologi seperti program bayi tabung dan dukungan dokter yang kompeten seperti dr. Indra N.C. Anwar SpOG, harapan untuk memiliki buah hati bukanlah mimpi kosong. Jika ingin memahami lebih dalam tentang penyebab, solusi, dan tahapan program bayi tabung, saya sangat menyarankan membaca buku karya dr. Indra N.C. Anwar, SpOG. Bukan hanya informatif, tapi juga penuh empati dan harapan dua hal yang paling dibutuhkan dalam perjuangan menjadi orang tua.

    Program bayi tabung telah menjadi secercah harapan bagi pasangan yang selama ini menanti hadirnya buah hati. Bukan sekadar prosedur medis, tapi juga jawaban atas doa-doa panjang yang tak kunjung terwujud. Banyak pasangan yang sebelumnya hampir menyerah, kini bisa merasakan tawa pertama si kecil di ruang tamu mereka. Bayi tabung menghadirkan peluang nyata untuk memiliki penerus, menghidupkan kembali semangat, cinta, dan keceriaan dalam rumah tangga. Saat gendongan tak lagi kosong, dan tangis bayi menggema di rumah, semuanya terasa lebih utuh. Program ini bukan hanya menciptakan kehidupan baru, tapi juga menyelamatkan kebahagiaan keluarga yang nyaris hilang.


    Untuk pemesanan buku melalui link berikut ini https://bit.ly/KumpasTuntasMasalahKesuburan



    Continue Reading

     

    Saya pernah berada di titik hidup yang terasa datar. Bekerja, pulang, tidur begitu terus setiap hari. Sampai suatu malam, secara tak sengaja, saya membuka buku yang sudah lama tertumpuk di rak. Awalnya hanya ingin membunuh waktu. Tapi satu bab, lalu bab berikutnya, dan tanpa sadar saya tenggelam. Kata demi kata terasa seperti obrolan intim dari seseorang yang sangat memahami perasaan saya.

    Dari situ, saya sadar, buku bukan cuma cerita. Ia bisa jadi teman, cermin, dan bahkan jalan pulang ke dalam diri sendiri. Sejak malam itu, saya mulai mencari buku-buku lain. Tapi bukan cuma bukunya yang menginspirasi, para penulisnya justru menjadi sosok yang diam-diam saya kagumi. Mereka bukan hanya pandai menulis, tapi juga berbagi pemikiran lewat media sosial, podcast, atau sesi diskusi virtual. Kehadiran mereka bukan sekadar penulis, tapi juga influencer yang menggerakkan cara pikir banyak orang.

    Berikut lima penulis buku sekaligus influencer yang menurut saya paling berpengaruh dan punya tempat istimewa di hati pembaca Indonesia: 

    Raditya Dika : Menertawakan Hidup, Menemukan Makna

    Radit adalah sosok pertama yang mengenalkan saya pada dunia menulis yang ringan tapi tajam. Lewat buku-bukunya seperti Kambing Jantan, ia mengajak saya melihat bahwa hidup yang penuh kegagalan, cinta sepihak, dan kejadian konyol itu sah-sah saja. Justru di situlah letak kejujuran hidup. Lucu, ya. Terkadang, kita perlu ditertawakan untuk menyadari betapa absurdnya kita. Dari Radit saya belajar bahwa kejujuran itu menular, dan menulis dengan jujur bisa membuat orang merasa tidak sendirian.

    Henry Manampiring : Stoik dalam Bahasa yang Membumi

    Saya mengenal Henry dari buku Filosofi Teras. Bukan kebetulan, buku itu datang ketika hidup saya sedang kacau. Kalimat-kalimatnya tidak bombastis, tapi menyadarkan saya akan satu hal penting: kita tidak bisa mengendalikan semua hal, dan itu baik-baik saja. Henry tidak bicara dari menara gading. Ia menyapa pembaca seperti teman lama yang paham dunia kita. Melalui Twitter-nya, ia juga rajin berbagi refleksi hidup yang lucu sekaligus mengena. Saya banyak belajar bersikap tenang justru dari caranya yang sederhana.

    Dee Lestari : Imajinasi, Jiwa, dan Kedalaman

    Membaca karya Dee selalu seperti menyelam ke samudra tenang yang dalam. Buku-bukunya tidak bisa dibaca tergesa-gesa. Supernova dan Aroma Karsa menjadi ruang kontemplasi saya tentang sains, spiritualitas, dan hubungan manusia dengan alam. Tapi yang paling saya kagumi adalah bagaimana ia membawa kedalaman itu ke kehidupan sehari-hari. Di media sosial atau wawancara, ia selalu terdengar tulus. Tidak menggurui, tapi membuat saya berpikir. Dee menunjukkan bahwa penulis juga bisa menjadi penjaga imajinasi dan kesadaran di tengah dunia yang serba cepat.

    Tere Liye : Sunyi yang Berisi

    Tere Liye adalah penulis yang jarang muncul di media, tapi karyanya justru berbicara lebih lantang. Pulang, Rindu, dan Hujan adalah tiga buku yang membuat saya berhenti sejenak dari keramaian, dan menengok ke dalam. Kata-katanya sederhana, tapi mengena. Di Facebook, ia sering menulis status reflektif yang membuat saya berpikir dua kali sebelum mengeluh. Saya rasa, Tere bukan cuma penulis cerita, tapi juga penyusun ulang hati orang-orang yang sedang limbung.

    Boy Candra : Patah Hati yang Dibungkus Puisi

    Ada masa-masa dalam hidup yang tidak bisa dijelaskan dengan logika, salah satunya saat patah hati. Saat itulah saya menemukan Boy Candra. Kata-katanya seperti pelukan hangat di tengah malam. Saya bahkan pernah menyalin satu kalimatnya di catatan ponsel, lalu membacanya berulang-ulang sebelum tidur. Di media sosial, Boy tak banyak bicara, tapi ketika ia menulis, semua terasa personal. Ia berhasil memadukan kesedihan dan keindahan dalam satu napas. Saya pikir, itulah kekuatan penyair.

    Dari Menulis ke Menginspirasi, dan Kini Menghitung Rate Card Pakai AI?


    Menariknya, para penulis ini bukan hanya piawai merangkai kata. Mereka juga tahu cara beradaptasi dengan zaman. Kini, mereka bukan cuma tampil sebagai penulis, tapi juga content creator, public speaker, hingga brand ambassador. Dan di sinilah saya sadar: di balik karya yang mendalam, ada juga sisi profesional yang tak bisa diabaikan termasuk soal kerja sama brand dan manajemen personal branding.

    Saya sempat bertanya-tanya, bagaimana mereka menghitung tarif untuk endorse, paid promote, atau kolaborasi digital? Lalu saya mengenal KOL.ID.

    KOL.ID adalah platform yang membantu influencer termasuk para penulis seperti mereka, mengelola kerja sama secara profesional. Yang paling menarik, mereka punya fitur rate card otomatis berbasis AI. Jadi, tidak perlu lagi mengira-ngira berapa tarif yang pantas. Cukup hubungkan akun media sosial, dan sistem akan menghitung rate card berdasarkan performa aktual yaitu engagement, reach, follower growth, dan lainnya.

    Bagi saya yang sedang merintis sebagai kreator konten dan penulis lepas, ini adalah solusi yang memudahkan. Tidak semua dari kita pandai soal harga, tapi kita semua ingin dihargai dengan adil.

    Kata Adalah Kekayaan, Tapi Teknologi Adalah Kendaraannya

    Akhirnya, saya menyadari bahwa dunia menulis tidak berhenti di halaman terakhir. Ia bisa berlanjut di Instagram, di TikTok, di podcast, bahkan di platform seperti KOL.ID. Para penulis yang saya kagumi tidak takut berubah. Mereka justru merangkul perubahan dan tetap menjaga jiwanya.

    Dan saya? Saya akan terus menulis. Mungkin belum sehebat mereka. Tapi saya percaya, setiap kata yang jujur pasti akan menemukan jalannya sendiri.

    Siapa tahu, suatu hari nanti, saya juga punya rate card sendiri. Bukan untuk sekadar terkenal, tapi agar karya saya bisa berjalan lebih jauh, tanpa kehilangan arah.

    Jika kamu juga penulis yang ingin bertumbuh di era digital, mungkin ini saatnya kenalan dengan KOL.ID. Karena menulis adalah jiwa kita, tapi teknologi adalah cara agar suara kita bisa didengar lebih luas.


    Continue Reading

     

    Sudah 10 tahun saya menjalani hidup sebagai blogger dan influencer. Dari nulis blog review penginapan di Jogja, jadi content creator untuk brand lokal di Bandung, sampai bantuin klien buat itinerary ke Bali dan Labuan Bajo. Kadang saya juga nyambi freelance accounting buat tetap bisa bertahan, apalagi saat pandemi menyerang dan job content creator sepi. Bisa dibilang, saya pernah pegang berbagai pekerjaan freelance demi bertahan.

    Tapi ada satu hal yang sering luput dari perhatian saya: kesehatan mata.

    Sebagai orang yang mengandalkan penglihatan untuk membuat konten visual, memantau sosial media, dan edit video berjam-jam, saya baru sadar pentingnya merawat mata ketika suatu hari di Ubud, saya gagal menyelesaikan deadline karena mata saya terasa perih, kering, dan seperti berair terus. Awalnya saya kira karena begadang. Tapi ternyata bukan cuma itu.

    Saya mulai merasa sinar matahari menusuk, layar laptop tampak blur, dan kadang mata terasa berat. Di Jakarta, waktu harus bikin konten dadakan di taman kota saat siang terik, saya bahkan sampai nggak kuat buka mata lama-lama karena perihnya seperti habis kena debu dari jalanan.

    Mata Kering Jangan Sepelein: Tantangan Serius Buat Pekerja Layar

    Saya kira ini cuma masalah sepele. Tapi makin hari, rasa sepet, perih, dan lelah di mata makin mengganggu. Ternyata, itu semua gejala umum dari mata kering. Dan ironisnya, penyebabnya ada di sekitar saya setiap hari: layar HP, laptop, ruangan ber-AC, dan jam kerja yang tanpa jeda.

    Sebagai content creator, saya harus siap buka laptop kapan pun klien minta revisi. Saat traveling, saya tetap online untuk bikin IG Story, upload TikTok, dan baca email dari brand. Kadang, mata saya dipaksa bekerja lebih keras dari yang seharusnya.

    Dan efeknya? Fokus jadi buyar, konten nggak maksimal, bahkan sempat salah transfer invoice karena nggak bisa baca nominal dengan jelas. Semua karena mata yang sudah teriak minta istirahat.

    Saya sadar, saya butuh solusi praktis, yang nggak ribet, dan bisa saya bawa ke mana pun. Karena nggak mungkin setiap kali mata bermasalah saya harus ke dokter.

    Insto Dry Eyes: Penyelamat Kecil di Tengah Badai Deadline

    Saya ketemu jawabannya di momen yang sangat random. Waktu itu lagi ngopi di coworking space di Bandung, iseng ngobrol dengan editor video freelance yang juga lagi kerja. Saat saya ngeluh soal mata yang makin sering terasa perih, dia cuma bilang, “Lo udah pernah coba tetesin Insto belum?”

    Saya pikir itu hanya buat yang pakai softlens. Tapi dia bilang, “Gue juga nggak pakai lensa kontak. Tapi kerjaan di layar itu bikin mata kering. Gue selalu bawa Insto Dry Eyes di tas. Satu-dua tetes, mata adem lagi.”

    Akhirnya saya beli. Nggak sampai seminggu, saya langsung bisa ngerasain bedanya. Sekarang, setiap kali saya mau mulai edit konten, saya tetesin Insto dulu. Habis traveling seharian di bawah sinar matahari tropis dan AC transportasi umum, saya istirahat, lalu pakai lagi.

    Rasanya mata lebih nyaman, lebih jernih. Saya nggak lagi harus mengeluh soal silau, dan yang paling penting, saya bisa fokus lebih lama tanpa terganggu rasa perih.

    Tips Ringan Versi Blogger Layar Tiga Gawai

    Biasanya saya suka rehat sejenak tiap habis upload konten. Kadang saya jalan ke balkon, liatin kucing tetangga yang tidur-tiduran, atau sekadar ngeliatin awan. Mata jadi lebih rileks.

    Saya juga belajar minum air putih lebih teratur. Dulu, kalau lagi kerja di kafe atau naik travel antarkota, saya suka lupa minum. Tapi ternyata, hidrasi itu penting banget buat mata tetap lembap.

    Dan yang pasti, sekarang saya selalu sedia Insto Dry Eyes di pouch kamera dan tas kecil. Bukan cuma buat jaga-jaga, tapi memang jadi rutinitas harian yang membantu banget.

    Kini, saat saya kembali sibuk dengan pekerjaan freelance dan agenda traveling, saya nggak lagi khawatir mata terasa berat atau perih saat harus menyelesaikan deadline. Dengan sedikit perhatian dan tetesan kecil Insto Dry Eyes, saya bisa menikmati setiap perjalanan dan pekerjaan dengan pandangan yang tetap tajam.

    Mata sepet, perih, lelah? Nggak usah panik. Tetesin Insto Dry Eyes. Jangan tunggu sampai harus ke dokter.

    Karena mata kering jangan sepelein, apalagi kalau kita hidup dari melihat dunia.

    Continue Reading

     

    Beberapa waktu lalu saat pulang kampung, keponakan saya yang masih SD tiba-tiba bertanya, “Uang itu datangnya dari mana, Pakde?”

    Saya sempat diam sebentar. Di kepala saya langsung muter-muter mikirin cara menjelaskan uang tanpa bikin dia bingung atau malah makin banyak tanya yang susah dijawab. Kalau dijelasin soal gaji, slip pembayaran, atau invoice kerjaan, ya jelas belum masuk ke logika anak-anak.

    Tapi dari situ saya sadar, ternyata anak-anak itu sudah mulai sadar soal uang dari usia yang jauh lebih muda dari yang saya bayangkan. Mereka penasaran. Mereka ingin tahu. Dan ini bisa jadi pintu masuk buat mulai ngenalin mereka ke dunia keuangan, tentunya dengan cara yang sesuai umur dan menyenangkan.

    Kenapa Anak Perlu Belajar Keuangan Sejak Dini?

    Waktu saya kecil, jujur aja, nggak banyak dapet pelajaran tentang ngatur uang. Uang jajan ya habis ya udah, nabung pun kadang tergantung sisanya kalau ada. Makanya pas udah gede, baru kerasa banget pentingnya ngerti soal duit dari kecil.

    Ngomongin soal keuangan ke keponakan itu bukan berarti ngajarin mereka jadi perhitungan atau terlalu fokus sama uang, lho. Tapi lebih ke bagaimana mereka bisa menghargai nilai uang, belajar prioritas, dan yang paling penting, ngerti kalau semua itu butuh proses dan usaha.

    Contohnya, waktu keponakanku pengen banget beli mainan mahal. Saya tanya, “Kalau kamu nabung dari uang jajanmu seminggu berapa?” Dia jawab, dan ternyata butuh waktu hampir dua bulan buat ngumpulin. Dari situ dia mulai ngerti kalau nggak semua hal bisa didapat instan.

    Penting banget ngajarin keuangan sejak dini karena ini bisa jadi bekal hidup mereka. Anak-anak yang diajarin ngatur uang sejak kecil biasanya lebih bijak saat dewasa, lebih siap ambil keputusan, dan bisa lebih mandiri secara finansial.

    Saya sendiri termasuk yang terlambat belajar soal keuangan. Waktu kecil, uang itu cuma sebatas buat jajan. Nabung? Kadang iya, kadang enggak. Dan waktu pertama kali punya penghasilan, saya pun sempat mengalami fase boros karena nggak terbiasa mengatur uang.

    Dari pengalaman pribadi itulah saya ingin keponakan saya nggak mengulangi kesalahan yang sama.

    “Kalau dulu saya dikenalkan ke soal keuangan lebih awal, mungkin saya nggak bakal kelimpungan waktu mulai kerja.”

    Mereka nggak harus ngerti konsep compound interest atau investasi reksadana sejak kecil. Tapi setidaknya, mereka tahu bahwa:

    • Uang itu hasil dari kerja keras

    • Nggak semua keinginan bisa dibeli saat itu juga

    • Ada prioritas dalam mengelola pengeluaran

    • Menabung itu bukan sisa dari jajan, tapi bagian dari perencanaan

    Anak yang udah kenal soal keuangan dari kecil, biasanya lebih ngerti cara ngatur uang dan nggak gampang kalap waktu gede nanti. Mereka belajar tentang tanggung jawab, pengambilan keputusan, dan juga menghargai proses. Ini bekal hidup yang sangat berharga.

    Tapi Gimana Cara Ngenalinnya? Masa Langsung Kasih Buku Keuangan?

    Tentu saja nggak. Anak-anak itu belajarnya paling cepat lewat bermain. Kalau dikasih teori atau buku berat, ya kemungkinan besar mereka ngantuk atau malah kabur. 

    Nah, di zaman digital kayak sekarang, bermain itu udah berubah bentuk. Nggak cuma lari-larian di halaman atau main congklak. Sekarang mereka pegang tablet atau laptop, dan dunia mereka itu digital banget.

    Saya nemuin cara yang cukup efektif: pakai game edukasi bertema keuangan.

    Awalnya saya ragu juga. Emang bisa belajar soal duit dari game? Tapi ternyata setelah saya dampingi keponakan saya main, saya kaget sendiri. Banyak game yang ngajarin mereka konsep penting soal uang mulai dari belanja bijak, menabung, bahkan sampai ngelola bisnis kecil.

    Belajar Uang Lewat Game? Bisa Banget!

    Game edukasi ini punya kekuatan buat ngajarin hal rumit dengan cara yang sederhana dan menyenangkan. Anak bisa bermain sambil belajar, tanpa merasa sedang ‘disuruh belajar’.

    Contohnya, di salah satu game, keponakan saya jadi kasir supermarket. Dia harus hitung belanjaan pelanggan dan kasih kembalian. Seru banget buat dia, dan tanpa sadar dia belajar matematika dasar dan logika keuangan.

    Di game lain, dia jadi pemilik warung kopi. Harus nentuin harga jual, nyiapin bahan baku, dan bahkan memantau cuaca yang ternyata bisa memengaruhi penjualan. Di situ dia belajar tentang risiko, perencanaan, dan keuntungan.

    Lewat game, mereka bisa belajar tentang

    • Cara berpikir strategis

    • Mengatur prioritas

    • Mengelola risiko

    • Dan tentunya, memahami alur keuangan secara sederhana

    Kenalan Sama Money Games Seru

    Waktu lagi cari-cari referensi game edukatif soal keuangan, saya nemuin satu situs yang menarik banget yaitu mortgagecalculator.org/money-games

    Awalnya saya pikir situs ini cuma buat orang dewasa yang mau hitung cicilan rumah atau KPR. Tapi ternyata mereka punya satu bagian khusus yang isinya puluhan game seru bertema keuangan, dan semuanya cocok buat anak-anak maupun remaja.

    Keponakan saya langsung jatuh cinta sama beberapa game, dan saya juga ikutan main biar bisa dampingin.

    1. Grocery Cashier

    Jadi kasir di toko? Siapa sangka ini bisa jadi pelajaran soal hitung cepat dan kejujuran. Game ini bikin keponakan saya belajar berhitung, memahami nilai uang, dan pentingnya keakuratan.

    2. Coffee Shop Game

    Game ini luar biasa. Keponakan saya harus jadi manajer kedai kopi yaitu menentukan harga, stok bahan, hingga memperhatikan kondisi cuaca. Beneran kayak mini simulasi bisnis yang seru dan penuh strategi.

    3. Sushi Bar

    Kalau yang ini, menurut saya sangat cocok untuk mengenalkan bagaimana pentingnya kecepatan layanan dan manajemen urutan kerja. Pemain harus menyusun sushi sesuai pesanan pelanggan dengan cepat dan tepat. Cocok banget buat melatih koordinasi, fokus, dan efisiensi kerja.

    4. Flower Shop

    Game ini punya konsep bisnis yang manis tapi cukup menantang. Pemain harus meracik dan menjual buket bunga berdasarkan permintaan pelanggan. Selain mengenalkan soal keuntungan dan pelayanan pelanggan, game ini juga ngajarin kreativitas dalam bisnis.

    5. Tractor Mania

    Mungkin ini salah satu game yang terlihat “tidak keuangan”, tapi nyatanya justru menarik! Di sini pemain membawa hasil panen dengan traktor, menjaga agar muatannya nggak tumpah sampai tujuan. Ini bisa jadi pengantar yang bagus buat ngajarin anak soal supply chain, logistik, dan pentingnya efisiensi dalam pengiriman hasil produksi.

    Yang bikin saya tenang, semua game di mortgagecalculator.org/money-games ini:

    • 100% gratis tanpa iklan

    • Bisa langsung dimainkan tanpa perlu download atau registrasi

    • Desainnya ramah anak dan mudah dipahami

    • Cocok dimainkan bareng supaya bisa sambil ngobrol dan berdiskusi 

    Menurut saya, mengenalkan keuangan ke anak atau keponakan itu bukan sesuatu yang harus ditunda sampai mereka remaja. Justru sejak dini, kita bisa mulai pelan-pelan lewat cara yang mereka suka.

    Dan game adalah salah satu cara paling efektif buat itu. Dengan bermain, mereka belajar tanpa merasa digurui. Mereka belajar sambil tertawa, sambil penasaran, sambil mengeksplorasi.

    Jadi, buat kamu yang punya keponakan atau anak kecil di rumah, coba deh kenalkan mereka ke game-game edukatif seperti di mortgagecalculator.org/money-games. Nggak cuma seru, tapi juga punya nilai edukasi yang tinggi.

    Dan buat saya pribadi, ini bukan cuma tentang ngajarin uang tapi juga tentang menciptakan momen kebersamaan yang bermakna. Karena di balik setiap game yang dimainkan bareng, ada pelajaran, ada tawa, dan ada waktu berkualitas yang sulit digantikan.

    Continue Reading

     

    Pagi itu, sambil menyesap kopi di teras, saya membaca sebuah berita yang membuat hati meringis. Di Kompas TV, disebutkan bahwa tren fast beauty atau produk kecantikan yang murah dan cepat diproduksi ini menyumbang 6-8 juta ton limbah plastik per tahun di Indonesia. Bayangkan, sekian banyak kemasan cantik yang saya beli dengan senang hati, berakhir menumpuk di tempat pembuangan, mengendap bertahun-tahun, bahkan lebih lama daripada kita hidup di dunia ini.

    Saya menatap meja di kamar. Botol serum, toner, cream moisturizer, sunscreen, hingga sheet mask, semua berjejer rapi, tampak mungil dan tidak bersalah. Namun kini saya sadar, setiap kemasan kosong itu, jika tidak dikelola dengan bijak, hanyalah menambah beban bumi.

    Saya pun bertanya pada diri sendiri: apakah kecantikan harus dibayar dengan kerusakan lingkungan? Ternyata, jawabannya tidak. Saya pun mulai memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan, mencari brand yang menawarkan program refill, serta mendukung kosmetik lokal yang menggunakan bahan alami. Saya juga belajar untuk mengurangi impuls belanja, menggunakan produk hingga benar-benar habis sebelum membeli yang baru.

    Tips dan Cara Tampil Cantik Tanpa Merusak Lingkungan 

    Ternyata, menjadi cantik tanpa meninggalkan luka untuk bumi bukan sekadar angan-angan. Dari perjalanan kecil saya, ada lima langkah sederhana yang mulai saya jalani, dan semakin dijalani, rasanya semakin menyenangkan.


    Memilih produk berkemasan ramah lingkungan


    Saya sekarang lebih selektif saat berbelanja. Saya mencari kosmetik yang menggunakan bahan kemasan dari hasil daur ulang, atau setidaknya kemasan yang bisa didaur ulang kembali. Saya juga mulai jatuh cinta dengan konsep refill atau mengisi ulang produk tanpa harus membeli kemasan baru. Ada rasa puas tersendiri ketika tahu bahwa keputusan kecil saya ini bisa mengurangi sampah plastik yang akan mengendap di bumi ratusan tahun lamanya.


    Mengutamakan kualitas dibanding kuantitas


    Dulu, saya termasuk orang yang mudah tergoda diskon besar-besaran. Rasanya semua produk ingin saya coba, tanpa memikirkan apakah benar-benar dibutuhkan. Akibatnya, banyak produk yang akhirnya terbuang karena kedaluwarsa. Sekarang, saya mengubah pola pikir. Saya memilih produk dengan formula yang terbukti cocok untuk kulit saya, dan menghabiskannya sampai tetes terakhir sebelum membeli yang baru. Selain lebih hemat, meja rias saya pun terasa lebih lapang dan rapi.


    Beralih ke produk berbahan alami


    Seiring waktu, saya mulai menyadari bahwa apa yang kita aplikasikan ke kulit juga berdampak pada lingkungan. Bahan-bahan kimia sintetis dari produk kecantikan sering kali berakhir mencemari air dan tanah. Karena itu, saya beralih ke skincare berbahan dasar alami seperti aloe vera, green tea, atau essential oil murni. Selain lebih aman untuk kulit saya, langkah ini membuat saya merasa lebih dekat dengan alam.


    Mengikuti program daur ulang kosmetik


    Banyak brand kini mulai menyediakan program daur ulang. Beberapa dari mereka bahkan menawarkan reward point untuk setiap kemasan kosong yang kita kembalikan. Saya menyediakan satu sudut kecil di kamar, sebuah kotak khusus tempat saya mengumpulkan botol kosong, tube bekas, dan kemasan makeup. Setiap kali kotak itu penuh, saya membawanya ke store atau mengirimkannya untuk didaur ulang. Rasanya seperti sedang mengembalikan utang kecil saya kepada bumi.


    Mencoba membuat produk DIY dari bahan alami


    Akhir pekan menjadi waktu favorit saya untuk bereksperimen. Saya membuat masker wajah dari oatmeal dan madu, scrub bibir dari gula dan minyak kelapa, hingga toner sederhana dari teh hijau. Ternyata, membuat produk kecantikan sendiri tidak hanya seru, tapi juga memberi rasa puas luar biasa. Saya tahu persis apa yang saya gunakan di wajah saya, tanpa bahan pengawet, pewangi sintetis, atau plastik tambahan.


    ARCIA, Beauty That Rebuilds



    Kemudian nama Arcia menjadi salah satu cahaya baru yang menginspirasi dalam kecantikan berkelanjutan. Arcia bukan hanya sebuah merek kecantikan, tetapi sebuah gerakan, lahir dari tangan dua orang yang memiliki visi besar: Yenni Angreni dan Hadi. Pada tahun 2019, mereka mendirikan Arcia dengan satu tujuan sederhana namun kuat: menghadirkan produk kecantikan berkualitas tinggi yang tetap menghormati bumi.



    Yenni, sebagai salah satu founder dan Chief Operating Officer Arcia, membawa semangat yang tulus untuk memperkenalkan konsep conscious self-care atau merawat diri dengan penuh kesadaran terhadap dampaknya bagi dunia sekitar. Setiap produk Arcia dibuat dengan bahan alami yang bersumber secara etis, diformulasikan dengan hati-hati, dan dikemas menggunakan material yang bisa digunakan kembali, didaur ulang, atau diisi ulang.


    Namun Arcia bukan sekadar tentang produk ramah lingkungan. Lebih dari itu, mereka membangun rantai pasok yang adil dan transparan, mendukung pertanian berkelanjutan, dan memperjuangkan kesejahteraan komunitas lokal. Dengan setiap pilihan kecil, seperti membeli kemasan refillable atau memilih bahan cruelty-free, konsumen Arcia ikut berperan dalam menyembuhkan bumi.


    Melalui Arcia, saya belajar bahwa beauty that rebuilds bukan sekadar slogan, tapi nyata: setiap tetes serum, setiap sapuan pelembap, adalah bentuk cinta yang tidak hanya mempercantik kulit, tetapi juga memperbaiki dunia.


    Pelembap Bibir Alami: DIY Lip Balm dari Bahan-Bahan Organik

    Salah satu yang membuat hati saya berbunga adalah mentega tengkawang, si emas hijau dari hutan Kalimantan. Mentega ini, yang juga dikenal sebagai Illipe Butter, kaya lemak tak jenuh yang melembapkan kulit dengan luar biasa, sekaligus mendukung kelestarian hutan tropis kita. Tak lupa ada minyak kelapa murni, juga dari tanah tropis kita, yang terkenal ringan, melembapkan, dan antibakteri. Rasanya seperti membawa kebaikan alam langsung ke genggaman.


    Membuat produk kecantikan sendiri dari bahan alami memberi saya dua keuntungan besar. Pertama, saya bisa memastikan hanya bahan terbaik yang menyentuh kulit saya dan tanpa tambahan bahan kimia berbahaya. Kedua, saya ikut mendukung praktik berkelanjutan yang menjaga bumi dan memberdayakan komunitas lokal.



    Untuk membuat lip balm alami, alat yang saya siapkan cukup sederhana: mini whisk, mangkok stainless, beaker glass, timbangan digital, spatula, kompor kecil, dan termometer. Semuanya harus bersih dan steril, mengikuti prinsip Good Manufacturing Practice (GMP).


    Bahan-bahannya pun mudah:

    • 11,2g minyak kelapa
    • 3,6g mentega tengkawang
    • 4,9g lilin lebah
    • 0,2g vitamin
    • 0,1g essential oil geranium

    Langkahnya sederhana. Saya panaskan minyak kelapa, mentega tengkawang, dan lilin lebah hingga suhu 60-70°C. Setelah hangat, saya tambahkan vitamin E dan geranium essential oil ketika suhu turun ke 40-50°C. Setelah itu, langsung saya tuang ke wadah kecil yang sudah disiapkan.


    Dalam sekejap, lip balm alami buatan tangan saya siap menemani hari-hari, merawat bibir sekaligus menjaga bumi.

    Informasi ARCIA

    https://www.instagram.com/arciaofficial.id/





    Continue Reading
    Older
    Stories

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top