salmanbiroe - Indonesian Lifestyle Blogger
  •  

    Pernahkah kamu mendengar jeritan hutan yang terbakar? Mungkin tidak secara langsung, tapi kita semua pasti pernah melihat beritanya, kabut asap yang menyelimuti langit Kalimantan, hewan-hewan liar yang keluar dari habitatnya, dan sungai-sungai yang tak lagi jernih. Itu bukan dongeng kelam, itu realita.


    Indonesia, negeri dengan kekayaan hutan tropis terbesar ketiga di dunia, kehilangan sekitar 684.000 hektar hutan setiap tahun (Global Forest Watch, 2023). Alih fungsi lahan untuk perkebunan, tambang, dan infrastruktur terus menggerus paru-paru bumi kita. Dampaknya tak main-main: banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, hingga krisis pangan perlahan menyusup ke ruang-ruang kehidupan.


    Kita memang sedang membayar mahal harga eksploitasi alam. Namun, di tengah kabut ketamakan itu, selalu ada cahaya harapan. Cahaya itu lahir dari gotong royong, dari para pemimpin daerah yang percaya bahwa pembangunan tak harus menghancurkan alam. Di sinilah cerita Kabupaten Lestari bermula dari sebuah langkah kolektif yang membalik arah narasi pembangunan, dari merusak menjadi merawat.


    Menenun Harapan Lewat Kabupaten Lestari



    Bayangkan sebuah pertemuan antar kepala daerah dari berbagai kabupaten, bukan untuk berbagi kekuasaan, tapi untuk berbagi cara menjaga bumi. Itulah semangat yang melahirkan Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), sebuah asosiasi yang dibentuk dan dikelola oleh para pemerintah kabupaten untuk mewujudkan pembangunan lestari: pembangunan yang tak hanya berpihak pada manusia, tapi juga pada alam.


    Saat ini, LTKL memiliki 9 kabupaten anggota dari 6 provinsi di Indonesia, bekerja bersama 21 jejaring mitra multipihak. Visi mereka sederhana, tapi kuat: membangun daerah secara berkelanjutan lewat kolaborasi lintas sektor, sambil menjaga hutan, gambut, dan ekosistem penting lainnya.


    Apa saja yang sudah Kabupaten Lestari capai?

    • Melindungi 50% hutan dan ekosistem penting di wilayah kabupaten anggota bukan sekadar janji, tapi komitmen yang dibuktikan lewat kebijakan dan aksi.
    • Mensejahterakan 1 juta keluarga melalui pendekatan ekonomi berkelanjutan yang berbasis pada potensi lokal.
    • Membentuk Jejaring Gotong Royong kolaborasi antar komunitas, pemerintah, swasta, dan masyarakat adat untuk mewujudkan mimpi lestari.
    • Menyusun “Resep Pembangunan Lestari”, sebuah panduan yang bisa direplikasi oleh kabupaten lain di seluruh Indonesia.


    Salah satu contoh nyata datang dari Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Di sana, masyarakat dan pemerintah daerah mengembangkan biskuit ikan gabus, produk sederhana yang sarat makna. Ikan gabus, yang dulu dipandang sebelah mata karena tak sekomersil lele atau nila, ternyata kaya protein dan sangat baik untuk pertumbuhan balita.


    Alih-alih bergantung pada produk luar atau bantuan instan, Sintang menciptakan solusi dari potensi lokal. Biskuit ini tak hanya menyuplai gizi anak-anak, tapi juga membuka peluang ekonomi bagi ibu-ibu rumah tangga dan nelayan lokal. Inilah pembangunan lestari dalam bentuk yang paling nyata: memberdayakan tanpa mengeksploitasi.


    Cerita biskuit ikan gabus ini adalah satu dari sekian banyak inovasi lokal yang lahir dari semangat kolaborasi. LTKL tidak datang membawa solusi dari luar, tapi menyalakan kembali rasa percaya bahwa jawaban ada di tanah kita sendiri di hutan, di sungai, di tangan-tangan warga desa.


    Menjaga Jejak, Merawat Rasa



    Ada satu bait lagu yang terngiang dalam kepala saya setiap kali membicarakan tentang lingkungan:


    “Di balik hutan tersembunyi, ada pangan yang tersembunyi. Masyarakat adat menjaga benih-benih yang kaya makna…”


    Bait itu seperti pengingat sunyi bahwa hutan bukan sekadar pepohonan, tapi gudang kehidupan. Bahwa pembangunan bukan hanya soal jalan dan gedung tinggi, tapi soal rasa: rasa menghargai bumi, rasa saling percaya, dan rasa kembali ke akar.


    Kabupaten Lestari menunjukkan bahwa kita tidak harus memilih antara kemajuan atau pelestarian. Kita bisa melakukan keduanya, asal dilakukan dengan hati, ilmu, dan kolaborasi. Produk sederhana seperti biskuit ikan gabus bisa jadi jembatan antara gizi anak dan pelestarian alam. Gotong royong bisa menjelma menjadi kekuatan nyata untuk merawat bumi, satu desa, satu kabupaten, satu langkah demi satu langkah.


    Kita sedang menghadapi masa ketika alam menuntut perhatian lebih. Maka sebelum jejak kita hilang ditelan masa, mari kenali lagi bumi sendiri. Mari wariskan bukan hanya cerita sukses pembangunan, tapi juga warisan lintas zaman yang tumbuh dari cinta pada tanah sendiri, dan komitmen menjaga kehidupan dari generasi ke generasi.


    Continue Reading

     

    Jika Ashitaka tidak terkena kutukan iblis dari babi yang menyerangnya, mungkin ia tidak bertemu dengan Lady Eboshi dan Princess Mononoke. Ashitaka harus mencari penawar racun yang telah menjalar keseluruh tubuh dan menyebarkan kebencian. Ternyata racun tersebut adalah buatan dari Lady Eboshi yang merupakan pimpinan dari Kota Besi. Setelah didalami, tambang besi yang menjadi mata pencaharian di kota tersebut ternyata sudah habis dan harus mencari hutan di wilayah lainnya, dan hutan tersebut adalah rumah Ashitaka. 

    Keserakahan Lady Eboshi menyebabakan hutan terbakar, hewan-hewan terbunuh, dan menyebabkan hewan sangat membenci manusia. Jalan penyembuhan Ashitaka juga terhabat, karena Lady Eboshi juga mengincar Dewa Hutan, sang penyembuh kutukan Ashitaka. 

    Salah satu penjaga hutan yang dikenal tanggung adalah Princess Mononoke, seorang manusia yang dibesarkan oleh serigala di dalam hutan. Ia mati-matian mencegah manusia menghancurkan hutan yang menjadi tempat tinggalnya dan makhluk-makhluk lain di dalamnya. 


    Keserakahan Lady Eboshi ini merefleksikan kondisi saat ini, saat hutan dan lahan ditebang guna membangun tertentu. Kadang kala, walaupun sudah sesuai dengan izin dan AMDAL yang berlaku, nyatanya banyak oknum yang membuka lahan tanpa adanya pertimbangan kelestariannya. Yang ada dalam pikiran oknum tersebut hanyalah keuntungan yang didapat dari pembukaan lahan dan diubah dengan lahan lainnya. 

    Bagaimanakah pentingnya hutan dan lahan gambut bagi kelangsungan ekoistem saat ini? Jika hutan sebagai paru-paru, maka lahan gambut juga memiliki fungsi yang sama apalagi wilayah yang tanahnya hanya memiliki lahan basah aja. Apa sih peran penting lahan gambut? 

    Peran Penting Lahan Gambut 


    Wilayah Kalimantan misalnya merupakan dataran dengan lahan hutan dan gambut luas. Peran lahan gambut juga sangat penting dan krusial untuk menjaga keseimbangan alam. Lalu, apa aja sih peran penting lahan gambut bagi ekosistem?

    Mengurangi dampak bencana banjir dan kemarau

    Daya serapnya yang tinggi membuat gambut berfungsi sebagai tandon air. Gambut dapat menampung air sebesar 450-850 persen dari bobot keringnya. Selain itu, gambut yang terdekomposisi juga  mampu menahan air 2 hingga 6 kali lipat berat keringnya. 

    Menunjang perekonomian masyarakat lokal 

    Berbagai tanaman dan hewan yang habitatnya di lahan gambut dapat menjadi sumber pangan dan pendapatan masyarakat sekitar gambut.

    Habitat untuk perlindungan keanekaragaman hayati

    Berbagai macam flora dan fauna dapat tumbuh dan tinggal di lahan gambut. Beberapa jenis flora sangat berguna bagi masyarakat sehingga perlu dibudidayakan. Sementara itu, fauna yang tinggal di  lahan.

    Lahan gambut menjaga perubahan iklim 

    Gambut menyimpan cadangan karbon yang besar sehingga ketika lahan gambut Lahan gambut mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan yang ada di seluruh dunia. Ketika terganggu,  dikeringkan atau mengalami alih fungsi, simpanan karbon di dalam gambut terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas  rumah kaca. 

    Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan Gambut

    Kebakaran hutan dan lahan gambut ini menyebabkan rusaknya ekosistem yang telah dibangun beratus-ratus tahun. Selian itu, flora dan fauna juga ikut musnah akibat dari kebakaran ini, dan lebih parahnya dapat menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Penyakit Jantung serta iritasi pada mata, tenggorokan dan hidung. Kabut asap dari kebakaran hutan juga dapat mengganggu bidang transportasi, khususnya transportasi penerbangan.

    Tersebarnya asap dan emisi gas Karbondioksida dan gas-gas lain ke udara juga akan berdampak pada pemanasan global dan perubahan iklim. Kebakaran hutan mengakibatkan hutan menjadi gundul, sehingga tidak mampu lagi menampung cadangan air di saat musim hujan, hal ini dapat menyebabkan tanah longsor ataupun banjir. Selain itu, kebakaran hutan dan lahan juga mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih dan bencana kekeringan, karena tidak ada lagi pohon untuk menampung cadangan air.

    Upaya Pengedalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)


    Ada beberapa tahapan pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, yaitu :

    Tahap Pencegahan

    Penanganan kebakaran hutan dan lahan yang paling efektif adalah dengan melakukan pencegahan sebelum terjadinya kebakaran.  

    Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan sosialisasi terkait bahayanya kebakaran hutan, merevisi peraturan perundangan yang  berkaitan dengan pemberian perizinan di lahan gambut, serta pengamatan titik rawan kebakaran yang lebih intensif.

    Tahap Pemadaman

    Proses pemadaman dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 
    • Pembuatan sekat bakar, yakni jalur yang dibersihkan dari bahan bakaran yang sengaja dibuat di wilayah
    • yang rawan terjadi kebakaran untuk mencegah penyebaran api apabila terjadi kebakaran; 
    • Pemadaman manual dengan mobil pemadam kebakaran dan tangki air; 
    • Water bombing, yakni menjatuhkan bom air dari helikopter untuk memadamkan api; 
    • Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan cara penyemaian garam untuk menciptakan awan hujan di atas area yang terbakar.

    Penangan Pasca Kebakaran

    Penanganan pasca kebakaran adalah semua usaha, tindakan atau kegiatan yang meliputi inventarisasi,  monitoring dan evaluasi serta koordinasi dalam rangka menangani suatu areal setelah terbakar. Penanganan pasca kebakaran dapat dilakukan dengan pembuatan kebijakan mengenai restorasi gambut, melakukan restorasi gambut (rewetting, revegetation, revitalitation) yang telah terdegradasi serta monitoring.

    Dari Princess Mononoke, kita belajar bahwa kesimbangan ekosistem hutan dan lahan gambut sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan kedepan. Bukan hanya anak cucu, namun generasi selanjutnya lah yang akan menerima konsekuensi dari kerusakan hutan, alam dan lahan gambut yang ada saat ini.





    Continue Reading
    Sumber : unsplash.com
     

    Cuaca akhir-akhir susah ditebak seperti hati manusia. Kadang panas menyengat seperti bara api, namun tidak berapa lama tiba-tiba air sudah turun dari langit. Hujan itu berkah, namun jika tak menentu seperti ini tentu saja merugikan bagi sebagain orang yang bertani. Saya ingat betul kalau dulu April-September bisa dipastikan sebagai musim kemarau dan Oktober-Maret selalu disambut dengan hujan. Makanya kalau ada hujan di bulan Juni, maka hal itu sangat mustahil, namun saat ini bisa terjadi.

    Tak ada yang lebih tabah

    Dari hujan bulan juni

    Dirahasiakannya rintik rindunya

    Kepada pohon berbunga itu 

    Seperti puisi yang dituliskan oleh Sapardi Joko Darmono, Hujan Bulan Juni. Sepertinya puisi ini menampilkan makna cinta yang mendalam. Puisi ini terbit pada tahun 1994, jauh sebelum perubahan iklim yang masif seperti saat ini. Perumpaan hujan bulan Juni itu bisa menandakan bahwa hujan tersebut sangat tidak biasa bahkan dianggap sebagai sesuatu hal yang diluar nalar. 

    Sumber : unsplash.com

    Kalau dulu cuaca masih sangat kondusif, maka tidak saat ini. Setiap tahunnya terjadi peralihan dari hutan menjadi lahan tanam. Disamping itu, kerusakan hutan pun masif terjadi akibat kebakaran dan perusakan alam lainnya. Dan, beberapa fakta ini sangat memperihatikan : 

    • Area berhutan di Indonesia mencakup 50 persen daratan, namun telah hilang sekitar 3x pulau Bali dalam 5 tahun terakhir
    • 75 triliun rupiah merupakan dampak kerusakaamn hutan di Indonesia
    • 69 persen emisi karbon GRK merupakan akibat dari perubahan kebakaran hutan dan lahan gambut
    • Industri Pulp, paper dan kelapa sawit merupakan penyumbang sekitar 50 persen dari deforestasi yaitu sebesar 28 juta hektar pada tahun 2030 
    • 150 kali lipat banyak terjadi bencana hidrometeologi 
    Sungguh sangat miris kare Indonesia merupakan Hutan hujan tropis terluas ke-3 di Dunia dan peringkat ke-2 keanekaragaman hayati terbesar. Hutan bukan hanya sekumpulan pohon saja, melainkan biodiversity dari berbagai macam seperti pohon, udara, air, flora, fauna, energi, sandang, pangan, papan, wisata, budaya, inspirasi dan macam-macam lainnya. 

    Hutan bisa dibilangb seperti supermarket yang menyediakan beragam makanan dan kebutuhan seperti buah-buahan dan lainnya. Selain itu, Hutan sebagai penyimpan air, penyimpan karbon, sebagai tempat healing dan sebagai tempat tinggal. Hutan sangat vital bagi kehidupan. 


    Menjaga hutan bukan hanya tugas pemerintah, namun seluruh lapisan masyarakat. Tanpa terkecuali apa yang dilakukan oleh Pak nasiun dari Desa Air Tenam di Bengkulu Selatan. Pak Nasiun aktif menjaga sekitar 1.677 hektar hutan di desanya. Dari hutan ini bisa diketahui bahwa setiap pohon duren dapat menyerap 1,42 ton CO2 setiap tahunnya. 

    Selain itu, Ibu Sumini bersama dengan Lembaga Pelindung Hutan Kampung Mpu Uteun aktif berpatroli di sekitar 251 hektar area hutan Desa Damaran Baru, Kabupaten Bener Meriah yang merupakan bagian dari 1 juta hektar Leuser. 

    Lalu, apa sih yang bisa kita lakukan terutama bagi para traveler yang sering jalan-jalan terutama di hutan dan alam. 

    Tips Traveler Menjaga Hutan Dan Alam 


    Mungkin, kita tidak bisa sekeren Pak Nasiun atau Bu Sumini yang menjaga hutan berhektar-hektar luasnya namun Traveler memiliki cara tersendiri untuk berkontribusi dan menjaga hutan dan alam. 

    Nah, ini dia Tips Traveler dalam menjaga hutan dan alam : 

    Bawalah Pulang Sampah Ketika Di Hutan

    Kenapa harus dibawa pulang sampah saat di hutan? Mungkin pertanyaan ini sering diajukan ketika di hutan. Hutan merupakan tempat yang sebaiknya dijaga bagaimanapun. Seperti kata-kata yang sering diungkapkan para pejalan yaitu Jangan Meninggalkan Apapun Kecuali Jejak. 

    Membawa Tumbler/Botol Air Minum 

    Saat traveling biasakan membawa botol minum atau tumbler. Saya biasanya tidak suka membawa tumbler, namun belakangan ini saya mengubah kebiasaan. Tumber ternyata bukan hanya gaya-gayaan saja, namun bisa menjaga minuman tetap panas atau dingin lebih lama. Bayangkan saja jika perjalanan lama dan membeli es kopi misalnya, jika menggunakan kemasan biasa maka akan cepat habis dan cair, sebaliknya jika menggunakan tumbler maka bisa tahan lama dan tidak cepat habis. 

    Bercerita  Tentang Hutan Di Blog dan Social Media 

    Kerusakan hutan sudah masif dan sudah menjadi berita dimana-mana, namun ternyata masih belum cukup untuk menggugah masyarakat untuk menjaganya. Sebagai seorang traveler dan blogger, maka sudah menjadi kewajiban menyuarakan melalui media blog dan social media. Dengan cara pendekatan yang sesuai, maka sedikit demi sedikit akan sadar dan turut serta menjaga hutan dan alam.

    Donasi Pohon Sebagai Adopsi Hutan

    Pernah melihat orang menanam pohon di hutan atas namanya sendiri? Sudah pernah melakukan hal tersebut. Nah, inilah yang disebut dengan Donasi pohon untuk adopsi hutan. Dengan program tersebut seorang akan menyumbangkan sejumlah dana untuk membeli pohon atas nama dirinya dan akan ditanam di hutan yang telah dipilih. Program ini sangat membantu reboisasi hutan dan menjadikan hijau kembali. 

    Konsumsi Hasil Hutan Bukan Kayu 

    Selama ini penebangan hutan itu dimaksudkan untuk mengambil kayu dan mengolahnya menjadi produk. Nah, mulai saat ini, berusaha untuk tidak mengkonsumsi atau membli produk sekali pakai terutama dari kayu. Usahakan untuk membeli hasil hutan seperti madu, buah-buah dan lainnya. Dengan demikian, konsumsi kayu akan semakin ditekan lagi dan penebangan hutan bisa dikurangi. 

    Menggunakan Produk Ramah Lingkungan 

    Sebagai cara menjaga alam dan hutan, sudah saatnya beralih ke produk yang ramah lingkungan dan menggunakan produk multifungsi sehingga menggurangi sampah. Selama ini, kita tidak menyadari bahwa yang kita gunakan mengandung bahan kimia yang berbahaya dan mencemari lingkungan. Kerusakan ini secara terus-menerus terjadi selama berpuluh-puluh tahun dan sudah saatnya kembali ke alam dan menggunakan produk yang ramah lingkungan.

    Selain itu, jangan melupakan produk lokal atau UMKM yang memiliki keunggulan produknya ramah lingkungan dan diproses dengan cara kreatif. Sebuat saja kain dari pohon Gambo dari Musi banyuasin yang sangat bagus dan indah. 



    Continue Reading
    Older
    Stories

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top