salmanbiroe - Indonesian Lifestyle Blogger
  •  

    Saat turun dari mobil, udara segar menyambut kedatangan rombongan dari Jakarta. Seperti masih pagi, udara sejuk terasa dengan pemandangan hijau sepanjang mata memandang. Suara Sapi dan Domba saling bersahut, sementara warga masih menyiapkan berbagai kudapan dari hasil kebun yang ditanam. Suntenjaya, pantas disebut sebagai desa percontohan di Jawa Barat, padahal dahulu merupakan salah satu desa tertinggal. Kini semuanya berubah berkat kerja keras warga dan sosok penggerak yang peduli pada lingkungan. 

    Gunawan Azhari, sosok dari Kampung Pasir Angling ini mampu mengendalikan air, tanah dan angin serta menjadikannya sebuah ekosistem yang mampu mengalahkan pemanasan global yang menyerang bukan hanya saja wilayah Pasir Angling, Desa Suntenjaya, namun seluruh Indonesia bahkan dunia. 

    700 hektare daratan di pesisir Kabupaten Bekasi hingga Kabupaten Subang, Jawa Barat saat ini telah berubah menjadi lautan dikarenakan pemanasan global yang terjadi tahun demi tahun. Menurut Heri Andreas, peneliti Institute Teknologi Bandung, permukaan air  di Indonesia meningkat 3 hingga 8 milimeter per tahun. Bukan tidak mungkin dalam waktu puluhan tahun lagi, wilayah Jawa Barat dan pulau Jawa akan tenggelam akibat pemanasan global yang terjadi semakin masif ini.  

    Ancaman dari pemanasan global ini bukan terjadi dalam semalam saja, akumulasi dari puluhan bahkan ratusan tahun dari penyebabnya seperti penggunaan bahan bakar fosil, penebangan, perusakan dan pembakaran hutan, polusi sampah plastik yang tidak dapat di daur ulang, polusi udara akibat industrialisasi, penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) secara berlebihan, penggunaan listrik terlalu berlebihan dan efek rumah kaca. 

    Tak terasa, kini dampaknya tengah dirasakan, seperti perubahan cuaca kian tak menentu, merupakan dampak yang telah dirasakan. Namun, ternyata dampak yang dihasilkan sangatlah mengkhawatirkan, seperti mencairnya glasier (es di kutub) sehingga permukaan air laut naik, lapisan ozon kian menipis, terjadinya peningkatan suhu sehingga menyebabkan kepunahan spesies dan organisme serta ekosistem, kerusakan pada terumbu karang dan spesies lain di laut dan perubahan iklim. 

    Pasir Angling, Desa Suntenjaya berada di ketinggian 2.209 meter diatas permukaan laut, di kaki bukit Gunung Tunggul. Wilayah ini tersohor sebagai bagian dari letusan Gunung Sunda Purba di zaman Prasejarah. Meskipun berada di bukit, namun dalam beberapa puluh tahun, atau bahkan ratusan tahun lagi, pulau ini pun tak luput dari dampak pemanasan global.

    Pasukan Jagal Di Kaki Bukit Tunggul

    Gunawan Azhari, akrab disapa Gugun, Gun, atau Agun, Penggerak Kampung Pasir Angling, Desa Suntenjaya. Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Beruntung Gugun, sapaan akrab dari Gunawan Azhari pun turun tangan dan menantang perusak alam di sekitar Kawasan Bandung Utara. Tak heran jika slogan "Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita" terus menggelora dan memacu semangat pria bertubuh mungil ini. Walaupun bertubuh kecil, namun semangatnya sangat besar, terbukti Gugun menjadi seorang aktivis tersohor di bidang lingkungan. 

    Bak memiliki kekuatan sihir, Gugun mampu menyulap wilayah Suntenjaya menjadi wilayah ramah lingkungan dengan beragam program. Tak hanya itu, kini ia memiliki 100 pasukan Jagal. Jagal bukanlah pasukan yang merusak, namun pasukan ini menjaga lingkungan dimulai dari pengelolaan sampah dan limbah kotoran hewan ternak. Pasukan Jagal adalah Pasukan Penjaga Alam. 

    Warga Desa Suntenjaya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Pasukan Jagal pun melakukan aktivitas ekologi dimulai dari peternakan dan pertanian. Limbah kotoran ternak sapi ini sangat sayang jika tidak dimanfaatkan, di tangan Gugun dan Jagal, limbah kotoran sapi ini disulap menjadi pupuk kompos untuk keperluan pertanian. Tak berhenti sampai disitu, penanaman pohon pun dilakukan untuk menjaga serta konversi kawasan hutan, dan aktivitas perkebunan pun dilakukan untuk menggairahkan ekonomi warga Suntenjaya. 

    Dokumentasi : salmanbiroe.com

    "Suntenjaya ini diawali dari lingkungan. Lingkungan itu ibarat pakaian. Dan, identitas suatu wilayah dinilai dari lingkungannya," Ujar Gunawan pada saat berbicara di hadapan ratusan orang yang berkunjung ke wilayah yang sangat hijau dan oksigen yang melimpah. 

    "Desa Suntenjaya, oksigennya masih gratis. Tidak perlu bayar," Gurau Gugun. 

    Keberhasilan menjadikan Suntenjaya sebagai Eco Village pun tak semudah membalikan telapak tangan. Butuh waktu dan pendekatan yang bertahap dimulai dari perangkat desa dan kemudian sosialisasi kepada warga masyarakat. Setelah melihat perkembangan Eco Village dan mampu menghasilkan pundi-pundi bagi warganya, program ini pun mendapatkan tempat di seluruh elemen Suntenjaya. Pada tahun 2014, Suntenjaya mulai berkonsep Eco Village atas rekomendasi dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan kemudian pada tahun 2019 ini terdaftar sebagai Kampung Berseri Astra. 

    Teknologi AWS untuk Pertanian dan Perkebunan Suntenjaya: Solusi Kendali Cuaca yang Ramah Lingkungan

    Landscape Desa Suntenjaya - Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Dengan perubahan iklim masif, sektor yang terkena dampaknya adalah pertanian dan perkebunan. Cuaca memiliki peranan penting dalam siklus tanam mulai dari pembibitan, pertumbuhan tanaman hingga saat panen. Perubahan cuaca tak menentu menjadi kendala tersendiri bagi petani untuk menentukan rencana tanam dan pengelolaan lahan pertanian. Sebut saja, saat curah hujan tiba-tiba terjadi ditengah musim panas, maka akan mengganggu proses perkembangan tanaman yang telah tumbuh dan proses panen. Sebaliknya, jika terjadi kekeringan di masa penghujan akan menyebabkan tanah menjadi kering dan menghambat proses perkembangan tanaman.  

    Untuk menghadapi perubahaan cuaca tersebut, Gugun menyebutkan bahwa Suntenjaya sangatlah beruntung karena memiliki AWS,  yang dapat membantu memantau cuaca, debit air dan kualitas air. 

    "Disini ada AWS, untuk cuaca kami juga setiap hari memberikan informasi tentang cuaca ke provinsi Jawa Barat dan BMKG, seluruh informasinya dari AWS. Selain  itu, bisa memberikan informasi debit air dan kualitas air," Papar Gugun dengan bangga karena dukungan dari berbagai pihak termasuk Astra. 

    AWS adalah Automatic Weather Station berbasis IoT dan digunakan pengukuran data dan pemantauan iklim secara langsung. AWS ini tidak hanya digunakan untuk curah hujan atau kelembaban air saja, namun bisa mendapatkan data seperti  data suhu, pengukuran tekanan atmosfer, arah angin, dan kecepatan angin dalam jangka waktu yang ditetapkan berdasarkan sifat sensor.

    Perkebunan Warga Desa Suntenjaya - Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Sistem daya yang digunakan oleh AWS pun terbilang cukup sederhana, dengan menggunakan solar panel yang menampung energi matahari diubah menjadi energi listrik dan kemudian mengisi baterai. Dengan sensor-sensor yang ada, AWS mampu mengukur parameter cuaca dan kemudian diproses serta dikirim melalui metode FTP/HTTP ke server yang akan menerima di Suntenjaya. Sensor yang digunakan meliputi pengukuran suhu dan kelembaban, tekanan barometrik, arah dan kecepatan angin, radiasi matahari dan curah hujan.

    Menghadapi tantangan perubahan cuaca tersebut, AWS membantu petani memantau cuaca secara langsung sehingga bisa mengambil keputusan lebih baik mengenai manajemen pertanian. Dengan data cuaca tersebut, petani pun dapat menentukan jadwal tanam, pengairan tanaman, penanganan hama dan pengendalian penyakit lainnya.

    Selain itu, database prakiraan cuaca membantu mengatur strategi bagaimana menghadapi cuaca tak tentu, sehingga tanaman bisa mendapatkan pengairan terbaik dan terhindar dari kekeringan karena perubahan cuaca yang ekstrim. Bahkan, petani bisa memilih varietas tanaman yang sesuai dengan kondisi cuaca sehingga bisa memaksimalkan produktivitas dan hasil panen pun bisa meningkat dan lebih baik dari sebelumnya. 

    Selain AWS, Suntenjaya menggunakan metode Zero Waste dalam Peternakan dan Pertanian ramah lingkungan dan tanpa limbah sehingga bisa mengurangi biaya produksi dan mengoptimalkan pendapatan serta sampah pun berkurang.

    Inovasi Hijau di Suntenjaya: Petani dan Peternak Zero Waste Menuju Keberlanjutan

    Peternakan Sapi dan Pemanfaatan Limbah Kotoran (Kohe) Untuk Pupuk Kompos (Dokumentasi : salmanbiroe.com)

    Emowww! emowww! Suara tersebut terdengar dari jarak beberapa rumah sebelum kami sampai ditempat. Rupanya, peternakan Sapi ditempatkan di belakang rumah warga atau biasanya pekarangan yang difungsikan sebagai kandang dan kebun. Mata pencaharian warga Suntenjaya adalah petani dan peternak dengan menerapkan sistem pertanian terintegrasi kedua sektor tersebut sehingga bisa mengurangi limbah baik dari pertanian dan peternakan atau zero waste. 

    Dalam peternakan, terdapat beberapa manajemen yang dilakukan seperti feeding, breeding, dan environment. Pemberian pakan ternak atau feeding dihasilkan dari kebun berupa rumput dan dedaunan yang tumbuh di sekitar kebun atau sawah, sehingga bisa mengurangi sampah atau limbah dari perkebunan dan pertanian. Selain itu, bisa mengurangi biaya pembelian pakan ternak, dan sampah atau limbahnya pun berkurang secara signifikan. Sedangkan breeding atau perkawinan hewan ternak dengan memisahkan kandang betina yang sudah melahirkan dengan kandang betina yang sedang hamil. Pada saat perkawinan, hewan ternak diusahakan saat siklus birahi sehingga prosesnya akan cepat dan efisien. 

    Faktor lingkungan pada hewan ternak ternyata sangat mempengaruhi. Hewan ternak sangat rentan di lingkungan yang kotor dan tidak terawat, dan berpengaruh dengan proses breeding serta kesehatan mental. Hewan ternak akan stress dan susah makan jika lingkungan di sekelilingnya kotor dan tidak terjaga dengan baik. Menyadari hal tersebut, Suntenjaya menerapkan sistem penanaman pohon perindang sekaligus penyerap bau kotoran seperti anggrek dan sukulen. Dengan tanaman tersebut, bau kotoran hewan akan terserap dan lingkungan pun menjadi nyaman bagi hewan ternak. 

    Pakan ternak dari rumput - Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Emowww! emowww! Dibalik suaranya, ternyata sapi dan domba memiliki bahasa untuk saling mengutarakan perasaannya satu sama lain. Hewan ternak memiliki perasaan, apakah lapar dan haus, tidak nyaman, sakit, takut, bahagia dan lain-lain seperti manusia pada umumnya. Hanya saja hewan ternak sangat sulit mengutarakan pada manusia. Manajemen kasih sayang adalah salah satu metode peternakan yang dijalankan di Suntenjaya. 

    Di beberapa daerah lain di Indonesia, bahkan sampai melakukan pemijatan dan perawatan tertentu kepada sapi agar daging yang dihasilkan pun berkualitas. Nah, metode tersebut diadopsi dengan manajemen kasih sayang dengan mengutamakan kesehatan hewan ternak serta memberikan sentuhan emosional sehingga hewan merasa nyaman dan sehat. Hewan ternak yang sehat akan menghasilkan produk yang baik dan berkualitas seperti susu dan daging. Harga jual pun akan mengalami kenaikan dibandingkan hewan ternak yang dirawat secara sembarangan. Pendapatan pun terbilang berkali-kali lipat dan meningkatkan taraf hidup warga Suntenjaya. 

    Dokumentasi : antaranews.com

    Tak berhenti sampai disitu, sistem pertanian terintegrasi di Suntenjaya dengan pemanfaatan kotoran hewan ternak menjadi pupuk kompos organik. Teknik yang digunakan disebut vermicomposting, mengubah sampah organik menjadi pupuk kompos dengan bantuan cacing tanah. Menurut waste4change, proses vermicomposting sangat mudah dengan sampah organik seperti kulit buah, sisa sayur, hingga kertas bekas akan dikonsumsi oleh cacing dan diproses kemudian akan menghasilkan materi bernama casting. Casting ini yang digunakan sebagai pupuk kompos karena mengandung banyak nutrisi penting bagi tanaman seperti  magnesium, fosfor dan potasium. 

    Kotoran hewan ternak akan diolah oleh cacing tanah dan kemudian berubah menjadi casting atau pupuk kompos yang dapat menyuburkan tanaman. Petani memanfaatkan pupuk kompos untuk kebun. Tentu saja cara ini merupakan win-win solution bagi petani yang mengeluh dengan harga dan ketersediaan pupuk. Selain organik, petani pun mampu menghemat pengeluaran dengan memanfaatkan seluruh limbah baik kotoran hewan maupun sampah organik rumah tangga. 

    Saat melewati salah satu rumah warga dan masuk ke dapur. Kedua mata tertuju pada cerobong pipa yang tersambung ke belakang. Di belakang ternyata kandang sapi, dan warga ternyata memanfaatkan kotoran sapi tersebut menjadi bahan bakar untuk memasak dan penerangan.  Kotoran sapi bisa diubah menjadi biogas, karena mengandung bakteri penghasil gas metan sebagai bahan baku biogas. Dengan teknologi dan ketersediaan kotoran sapi, biogas dihasilkan dan dimanfaatkan menjadi bahan bakar keperluan memasak dan rumah tangga. Pemanfaatan ini bisa dijadikan percontohan bagi peternak di daerah lain di Indonesia, sehingga bisa menghemat sekaligus mengurangi ketergantungan bahan bakar gas. 

    Dari Kebun Stroberi ke Rumah Baca: Inisiatif Koperasi Tani untuk Pendidikan 

    Kebun Stroberi - Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Jika tidak berkabut, dari kebun stroberi ini bisa melihat 3 pegunungan yaitu Gede Pangrango, Burangrang dan Tangkuban Perahu. Dari lantai 2, pemandangan seluruh perkebunan di Suntenjaya terlihat sangat luas. Dibalik keindahan, tersimpan bahaya yang mengintai setiap saat. Sesar Lembang membentang luas ini suatu saat bisa memicu terjadinya gempa dahsyat. 

    "Bagaikan ular besar yang tertidur, Sesa Lembang ini bisa sewaktu-waktu gempa. Warga pun telah mengikuti mitigasi bencana untuk persiapan."

    Walaupun begitu, karena dikelilingi 3 pegunungan ini membuat Suntenjaya sangat subur dan cocok ditanami berbagai macam tanaman seperti stroberi, anggur dan markisa konyal. Markisa konyal ditanam di lahan seluas 2 hektar, dengan potensi pasar sebesar 2 ton per minggu. Sedangkan stroberi langsung dijual ke reseller di Jakarta, dengan sistem pengiriman sehari sampai sehingga sampai Jakarta pun masih sangat fresh. 

    Soal rasa, stroberi Suntenjaya sangat manis karena ditanam di daerah di atas 1.000 mdpl karena telah melakukan uji coba dengan mengawinkan dengan varietas lain sehingga menghasilkan stroberi tahan hama dan tidak mudah membusuk. Tak hanya itu, tanaman stroberi pun tahan hujan sehingga bisa menghasilkan buah selama musim penghujan. 

    Taman baca di Kebun Stroberi - Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Kebun stroberi berada satu rumah dengan taman baca. Ruangan bawah difungsikan sebagai taman baca, sedangkan ruang atas untuk kebun stroberi. Kepedulian taman baca ini dihadirkan dari inisiasi bersama ibu-ibu dari koperasi tani wanita dan para petani di Suntenjaya. Pendidikan menjadi salah satu faktor penting, apalagi bagi warga Suntenjaya yang membutuhkan fasilitas pendidikan seperti perpustakaan. 

    Dengan hadirnya taman baca, ibu-ibu bisa melakukan aktivitas di kebun yang dekat dengan taman baca, sementara anak-anak bisa membaca dan melakukan kegiatan di taman baca tersebut. Sesuai dengan salah satu dari 4 pilar, yaitu bidang pendidikan, dengan adanya Taman Baca tersebut turut mengembangkan sektor tersebut di Suntenjaya. 

    Transformasi Suntenjaya: Peran Astra Menuju Desa Mandiri

    Pak Boy Kelana (PT Astra International Tbk) dan Pak Gugun dari Suntenjaya - Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Sesuai dengan motto Suntenjaya yaitu MAJU dengan arti Mandiri, Agamis, Jenius dan Unggul. Desa diatas ketinggian 2.000 mdpl ini mengharapkan untuk menjadi desa maju dan mandiri. Dengan berbagai sumber daya alam, dulu sempat menjadi desa tertinggal, namun berkat kerja keras warga dan penggerak, Suntenjaya kini menjadi salah satu desa mandiri. Suntenjaya menjadi satu dari 6.239 desa mandiri di Indonesia pada tahun 2022. 

    Desa mandiri berarti desa yang memiliki pelayanan dasar yang baik, infrastruktur yang memadai, akses/transportasi yang mudah, pelayanan publik yang baik dan tata kelola yang  baik. Kini Suntenjaya mampu meningkatkan hasil panen dan ternak dengan berbagai produk seperti sale pisang, keripik bayam, yoghurt, permen karamel dan kopi. 

    Uniknya, Suntenjaya tidak terbuka bagi investor karena sudah banyak lahan yang ada di kawasan ini dialih fungsikan menjadi area wisata. Suntenjaya dan area Lembang pada umumnya merupakan resapan air dan memasok kebutuhan air bagi warga Bandung dan sekitarnya. Jika terus menerus lahan dialihfungsikan maka bencana besar pun akan terjadi pada puluhan tahun mendatang. Gunawan pun mencoba merubah pandang masyarakat dari menjual lahan ke petani dengan inovasi-inovasi sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat Suntenjaya. 


    Pada tahun 2019, Desa Suntenjaya resmi menjadi bagian dari CSR PT Astra International Tbk, yaitu Kampung Berseri Astra dengan empat pilar program berkelanjutan yaitu pendidikan, kesehatan, kewirausahaan dan lingkungan. Astra melakukan pendampingan, pemenuhan kebutuhan dan distribusi alat-alat dan pengawasan sehingga program akan terus berjalan.Produk perkebunan dan peternakan di Suntenjaya pun terus ditingkatkan sehingga mampu menghasilkan kualitas tinggi dan dapat memenuhi permintaan pasar. 

    Desa Suntenjaya telah berhasil mengelola air dengan memanfaatkan air hujan sebagai cadangan air yang dipergunakan penyiraman perkebunan dengan kapasitas tandon sekitar 5.000 liter. Penampungan air ini sangat bermanfaat pada saat kemarau tiba, tak hanya itu, jika musim hujan tiba pun bisa menghindari banjir karena permukaan tanah yang tidak mampu menahan banyaknya laju air. Selain itu, panel surya pun terbesar kapasitasnya untuk kebutuhan listrik di Suntenjaya. 

    Dengan predikat ProKlim, Suntenjaya telah menjadi kampung pemberdayaan kelestarian lingkungan yang bertujuan menciptakan kampung yang asri, sehat dan tangguh terhadap perubahan iklim. Hal ini selaras dengan Semangat Astra dengan cita-cita untuk Sejahtera Bersama Bangsa dan mendukung Sustainable Development Goals Indonesia. 

    Sumber Referensi : 

    - https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-5871477/pasukan-jagal-di-kaki-gunung-bukit-tunggul

    - https://agrikan.id/penerapan-pertanian-terpadu-di-kba-suntenjaya/

    - Pidato dan Wawancara kunjungan ke Kampung Berseri Astra Desa Suntenjaya, November 2022. 

    - Foto merupakan dokumentasi pribadi pada saat kunjungan Kampung Berseri Astra Desa Suntenjaya, November 2022. 

    - https://www.mertani.co.id/post/automatic-weather-station-aws-untuk-pengambilan-data-meteorologi

    - https://katadata.co.id/berita/nasional/633abd9bd1cac/700-ha-tanah-di-pesisir-jawa-barat-tenggelam-akibat-pemanasan-global

    - https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-lahat/baca-artikel/16465/Pemanasan-Global-Penyebab-Dampak-dan-Cara-Menyikapi-serta-Menanggulanginya.html

    - https://staklim-sumsel.bmkg.go.id/automatic-weather-station-aws/#:~:text=Automatic%20Weather%20Station%20(AWS)%20merupakan,display%2C%20dan%20peralatan%20pendukung%20lainnya.

    - https://www.mertani.co.id/post/pemanfaatan-automatic-weather-station-dalam-upaya-peningkatan-produktivitas-pertanian

    - https://www.antaranews.com/berita/3270161/hidup-berdampingan-dengan-alam-di-kba-suntenjaya

    - https://waste4change.com/blog/olah-sampah-organik-vermicomposting/


    Continue Reading

    Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Terik matahari membakar aspal, dan debu-debu beterbangan. Tak berapa lama, awan hitam pun berarak di langit. Rintik hujan pun turun diantara udara yang masih lembab. Belakangan ini cuaca kian tak menentu di Indonesia, bahkan hampir merata di seluruh belahan bumi lainnya. Tentu saja bukan tanpa alasan perubahan iklim ini terjadi,  hal ini akibat akumulasi dari perilaku masyarakat dunia dalam menciptakan ketidakseimbangan ini. Sebut saja peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, pembakaran bahan bakar fosil, penebangan hutan secara masif, dan praktik industrialisasi ikut mendorong terjadinya perubahan iklim. 

    Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyebutkan bahwa pada tahun 2023 menjadi tahun terpanas sepanjang pengamatan terukur. Suhu global pun mengalami peningkatan cukup signifikan sekitar 1,40 derajat Celcius dibandingkan dengan era pra industrialisasi. Bahkan sepanjang tahun 2023 terjadi gelombang panas ekstrem yang melanda negara-negara di kawasan Asia dan Eropa. 

    Perubahan iklim ini tentu saja berdampak dan mengancam kehidupan manusia dengan terjadinya kekeringan, banjir, tanah longsor, serta kerusakan infrastruktur, bahkan mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Kalau bukan kita, siapa lagi yang peduli dengan keberlangsungan hidup di bumi kita tercinta. Untuk melawan perubahan iklim yang semakin masif, Kampung Berseri Astra Pekayon, Bekasi melakukan berbagai upaya dengan solusi hijau sebagai bentuk pencegahan sekaligus mengurangi dampaknya. 

    Kampung Berseri Astra Pekayon, ProKlim Bukan Slogan Semata

    Kantor-RW-10-Kampung-Berseri-Astra-Pekayon
    Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Saat berkunjung ke kantor RW 10, Pondok Pekayon Indah, Bekasi Selatan, suasana hijau sangat mendominasi. Jeruk purut yang ditanam di kantor sekretariat RW ini cukup menggoda siapapun untuk memetiknya. Namun, buahnya masih hijau, belum kekuning-kuningan jadi belum bisa dinikmati. 

    Kami disambut oleh Pak Eko Purwanto, sosok dibalik Kampung Berseri Astra Pekayon yang telah meraih predikat sebagai ProKlim Lestari dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) setelah sebelumnya 3 tahun berturut-turut menyandang predikat ProKlim Utama. Kategori ProKlim diakumulasikan dari hasil perhitungan beberapa nilai komponen seperti kegiatan adaptasi, mitigasi dan dukungan keberlanjutan. 

    Perjalanan Pekayon menjadi Kampung Berseri Astra cukup panjang, dimulai dari inisiasi dari warga  RW 11 terutama ibu-ibu yang mencintai lingkungan sehingga berusaha untuk menjaga lingkungan dengan tanaman hijau dan kebersihan lingkungan di tahun 2005, kemudian beberapa tahun berikutnya diikuti oleh RW 8, 9 dan 10 hingga mencakup wilayah sekitar 17 hektar dengan penduduk 3.300 jiwa. 

    Pak-Boy-Kelana-Dan-Pak-Eko-KBA-Pekayon
    Pak Boy Kelana (Astra) menerima cinderamata dari Pak Eko (KBA Pekayon),
    Dokumentasi : salmanbiroe.com

    10 tahun kemudian, Pekayon pun bertemu dengan PT Astra International Tbk. yang memiliki kepedulian dengan isu lingkungan terutama perubahan iklim. Astra memiliki tujuan Sejahtera Bersama Bangsa, merupakan manifestasi dari filosofi pohon rindang yang menaungi sekitar dan memberikan manfaat melalui buahnya, seperti Catur Dharma sebagai nilai-nilai dan prinsip dari pendiri Astra, Bapak William Soeryadjaya. Astra tidak hanya berfokus pada lini bisnisnya saja melainkan pilar lain seperti pendidikan, kesehatan, kewirausahaan dan lingkungan.     

    Melawan ketidakpastian iklim, Pekayon memiliki banyak cara yang dilakukan diantaranya pemilahan sampah (organik dan non-organik), bank sampah, penghijauan, energi terbarukan, kegiatan hemat energi dan penghijauan kota. Tentu saja ini sejalan dengan pilar lingkungan sebagai salah satu dari keempat pilar dari Astra.  

    Kota Bekasi Darurat Sampah : KBA Pekayon Upayakan Praktik Pemilahan Sampah (Organik dan Non Organik), Bank Sampah dan Rumah Kompos

    Rumah-Kompos-KBA-Pekayon
    Dokumentasi : salmanbiroe.com

    Jika selama ini, sampah hanya dibuang begitu saja, tidak dengan warga Pekayon. Setiap hari, ibu-ibu rumah tangga memilah sampah menjadi 2 bagian, sampah organik dan non-organik. Sampah organik yang selama ini tidak dimanfaatkan, kini disalurkan ke rumah kompos. Sedangkan sampah non-organik, ditampung di bank sampah. Hingga kini, warga pun telah berhasil mengumpulkan 570 kg sampah plastik sekali pakai. 

    Tak hanya sampah plastik saja yang ditampung, minyak jelantah pun ditampung di bank sampah, untuk kemudian diolah kembali menjadi produk dengan nilai jual seperti sabun organik dan aromaterapi. Minyak jelantah yang telah terkumpul kemudian dilakukan pemurnian dengan menggunakan arang aktif. Proses ini dilakukan kurang lebih 2 hari, setelah itu dilakukan penyaringan. Tahap selanjutnya, dilakukan proses mencampurkan minyak jelantah dengan soda api (NaOH) dengan perbandingan 1:2 dan dipanaskan dengan suhu 60 derajat selama 45 menit. Setelah itu, dicetak dan didiamkan selama 2 hari. 

    Menurut www.metrotvnews.com, berdasarkan data SIPN Kementerian LHK, sampah di Kota Bekasi tahun 2023 dan 2022 merupakan tertinggi nomor dua se-provinsi Jawa Barat, setelah Kabupaten Bekasi. Tak tanggung-tanggung, tumpukan sampah di Kota Bekasi pada tahun 2023 ini mencapai 638 ribu ton dan 668 ribu ton pada tahun 2022. Bahkan, tahun 2021 silam, Kota Bekasi mencapai rekor timbunan sampah tertinggi di Jawa Barat dengan 867 ribu ton, lebih tinggi dari Bandung. 

    Upaya mengurangi sampah plastik pun dilakukan dengan melakukan Gempar, Gerakan Mengurangi Plastik. Kalau biasanya pada saat belanja ke pasar menggunakan banyak plastik, gerakan ini menggantikan plastik sekali pakai dengan goodie bag atau tas belanja, sehingga bisa digunakan kembali pada saat belanja di pasar atau di mini market. 

    Sampah Organik di Rumah Kompos (Dokumentasi : salmanbiroe.com)

    Mengurangi sampah, organik pun dilakukan dengan menampung sampah organik (limbah rumah tangga) di Rumah Kompos. Dengan memproses sampah organik menjadi kompos, maka selain mengurangi sampah juga bisa menjadi pupuk organik. Penerapan ini bisa disebut sebagai zero waste, sehingga sebisa mungkin tidak menimbulkan residu atau sampah hasil dari proses atau produksi. 

    Tak hanya itu, sampah dapur organik pun dapat diolah menjadi eco-enzim. Eco-enzim sangat ramah lingkungan karena terbuat dari sampah organik dan dicampur dengan gula dan air, diproses melalui cara fermentasi. Ternyata eco-enzim bisa mengusir serangga, pembersih udara, dan pembersih rumah. Produk ini bisa menggantikan produk pembersih komersial yang dijual dipasaran, selain mudah membuatnya, eco-enzim pun bisa mengurangi dampak residu zat tidak alami yang mencemari lingkungan dan sungai di sekitar Pekayon. 

    Pemberdayaan Masyarakat Pekayon Dengan Ecoprint, Kain Batik Ramah Lingkungan 

    Kain dan Baju dari teknik Ecoprint (Dokumentasi : salmanbiroe.com)

    Saat masuk ke dalam sekretariat RW 10, Pekayon, mata terpana melihat kain dan pakaian warna-warni yang dipajang. Motifnya daun-daun yang bisa ditemukan di pekarangan rumah warga. Bukan dicap atau ditulis, ternyata kain ini diproses dengan teknik ecoprint. Teknik ini merupakan cara membuat motif dari daun-daun di kain dengan proses mudah dan menghasilkan kain indah dipandang mata. 

    Dengan proses yang cukup mudah ini, ibu-ibu tidak memerlukan peralatan canggih, cukup menggunakan alat dan bahan yang ada seperti daun, kain, plastik dan pewarna. Walaupun menggunakan teknik sederhana, namun kain yang dihasilkan tidak kalah dengan kain-kain lain yang menggunakan teknik dan proses yang lebih rumit.


    Ibu-ibu di Pekayon pun secara rutin memproduksi kain ecoprint untuk memenuhi permintaan dari berbagai pihak, baik di galeri maupun secara online. Dengan diperjualbelikan kain ecoprint ini telah menghasilkan pendapatan hingga belasan juta rupiah per bulan. Setiap produk memiliki harga yang berbeda-beda tergantung bahan dan pajang kain. Harganya berkisar antara 125 ribu hingga 600 ribu untuk kain ecoprint termahal. Biasanya produk yang diproduksi sesuai dengan permintaan pembeli, sehingga tercipta banyak produk seperti kemeja, dress, outer, topi, jilbab dan lain-lainnya. 

    Produk ecoprint ini dijual juga melalui koperasi KBA Pekayon. Koperasi ini merupakan wadah bagi UMKM di lingkungan RW 8,9,10 dan 11 dalam mempromosikan sekaligus menjual produk. Saat ini setidaknya terdapat 50 usaha mikro kecil diantara 800 kepala keluarga di Pekayon. 

    ProKlim Yang Peduli Pendidikan dengan Taman Baca dan Posyandu


    Menyadang gelar ProKlim Lestari, tak lantas membuat KBA Pekayon melupakan sektor pendidikan dan kesehatan. Pekayon memiliki taman bacaan yang menyediakan buku-buku bacaan terutama bagi anak-anak dan usia remaja. Minat baca yang selama ini dikhawatirkan ditepis dengan adanya taman bacaan sekaligus memberikan ruang anak-anak dan remaja untuk mengembangkan diri di luar dari jam sekolah. Selain itu, Astra juga memberikan beasiswa sekaligus sekolah disekitarnya pun mendapatkan dukungan menjadi sekolah adiwiyata. Program pemberian beasiswa ini memberikan kesempatan pada generasi muda yang lolos seleksi sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh Astra. 

    Selain itu, KBA Pekayon pun memiliki posyandu dan poswindu yang secara rutin dilakukan oleh pengurus. Kegiatan ini dilakukan secara door to door dan sangat efektif untuk memberikan pelayanan dan edukasi. Tak hanya itu, warga pun secara rutin mengadakan senam dan olahraga bersama sehingga menginspirasi masyarakat untuk bergaya hidup sehat, sejalan dengan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS). 

    Melawan Perubahan Iklim Dengan Tanaman Hidroponik dan Tanaman Herbal 

    Warga Pekayon melawan perubahan iklim dengan menanam tanaman. Dengan memanfaatkan lahan terbatas, warga menanam hidroponik tanaman hias, tanaman konsumsi dan tanaman herbal yang berkhasiat tumbuh di atap dan pekarangan rumah mereka. Selama ini, lahan yang terbatas tidak dimanfaatkan sama sekali, hingga akhirnya Pak Eko Purwanto dan penggerak KBA Pekayon mengupayakan pemanfaatan lahan sempit baik di pekarangan maupun di atas atap dan di pekarangan rumah dengan teknik hidroponik. 

    Hidroponik merupakan teknik menanam tanaman dengan menggunakan media air. Selain menghemat tempat, juga tidak membutuhkan perlengkapan mahal. Cukup menggunakan bahan-bahan daur ulang dari ember, paralon, botol plastik dan lainnya. Biasanya tanaman yang ditanam seperti sayuran, tanaman herbal dan tanaman hias yang bisa hidup menggunakan media air. Selain menghijaukan lingkungan, tanaman tersebut bisa menjadi sumber pangan dan menambah pundi penghasilan warga. 


    Pak Eko Purwanto menyebutkan bahwa dukungan Astra itu tidak hanya dari depan saja, namun dibantu hingga berkembang sampai sekarang. 

    "Ada 3 hal peran yang Astra berikan, seperti visi, dan pendampingan, serta peningkatan kompetensi dengan kompetisi."

    Tidak hanya diedukasi dan didampingi, Astra juga memberikan kompetensi melalui kompetisi yang diadakan sehingga membuat KBA Pekayon berkembang dan menjadi seperti saat ini dengan memiliki 19 penghargaan. Astra ini memiliki aspirasi Astra keberlanjutan pada tahun 2030, dan impian dari KBA Pekayon sebagai kampung wisata edukasi 2027, dan pendampingan berbagai kegiatan dan fasilitas lain secara berkelanjutan. 

    Hingga tahun ini, Astra telah membina 194 Kampung Berseri Astra (KBA), termasuk 78 Kampung PROKLIM sebagai bagian dari komitmen Astra dalam mitigasi perubahan iklim. Selain itu, Astra membina 1.060 Desa Sejahtera Astra (DSA) dengan bekerja sama dengan pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat desa. Program ini berfokus pada pengembangan ekonomi pedesaan berbasis sumber daya lokal. Melalui DSA, beberapa UMKM di KBA dan DSA yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia berhasil mengekspor produknya, menunjukkan kontribusi signifikan Astra terhadap pengembangan komunitas dan keberlanjutan ekonomi di tingkat nasional.

    Referensi : 
    • https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=bmkg-dampak-perubahan-iklim-makin-mengkhawatirkan&tag=press-release&lang=ID 
    • https://www.brin.go.id/news/116543/potensi-dampak-perubahan-iklim-terhadap-lingkungan
    • Wawancara saat kunjungan ke Kampung Berseri Astra Pekayon 2023

    • https://www.astra.co.id/press-release/the-2023-astra-environmental-workshop-2023-kampung-berseri-astra-kba-pekayons-commitment-to-the-environment-for-today-and-the-future-of-indonesia
    • https://www.metrotvnews.com/read/koGCROvl-darurat-sampah-proyek-psel-di-kota-bekasi-dinilai-perlu-dilanjutkan
    • https://news.detik.com/berita/d-7055789/serunya-warga-pekayon-bekasi-belajar-ecoprint-dari-daun-bareng-astra


    Continue Reading

    Saat ke Pulau Pramuka sepuluh tahun lalu, saya menikmati pulau ini bersama teman-teman kantor. saat itu, beberapa destinasi yang dikunjungi adalah jembatan cinta, permainan water sport dan bersepeda keliling pulau. Dahulu masih sangat bersih namun sudah nampak sampah-sampah yang berserakan diarea pantai. Dan, kali kedua ke pulau Pramuka, sampah makin berserakan dan pantai pun semakin di penuhi oleh sampah. Bukan malah makin menjadi bersih karena dijadikan destinasi wisata, malah makin banyak aliran sampah yang sebetulnya bukan berasal dari pulau tersebut. 

    Sampah menjadi permasalahan yang sangat massive,  dan sering menjadi permasalahan yang luar biasa bagi kepulauan seribu. Namun, seiring dengan permasalahan sampah yang biasanya menggunung dan merupakan kiriman dari daratan, entah itu dari Jakarta dan wilayah lain. 

    Entah siapa yang salah dalam permasalahan sampah ini antara daratan dan lautan. Namun, saat ini bukan menyalahkan salah satu lain, apalagi menyudutkan satu sama lain. Saat lainnya menyalahkan dan menuduhkan ke pulau, namun seorang bernama Mahariah, seorang inisiator gerakan pulauku nol sampah di pulau Pramuka.

    Mahariah, Seorang Inisiator Gerakan Pulau Nol Sampah 

    Seorang guru SD berusia pertengahan 50-an yang lahir di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, beliau adalah sosok berpengaruh di masyarakat dan dipercaya untuk menyemangati warga lainnya mengatasi berbagai tantangan lingkungan, baik ekonomi maupun sosial masalah juga.

    Selama puluhan tahun, Mahariah dan tim kecilnya telah mengembangkan program ekowisata, yaitu program pariwisata berkelanjutan, dengan mengutamakan aspek konservasi, pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat setempat, dan pendidikan.

    Mendidik traveler tentu menjadi tantangan, namun tantangan terberat adalah mengubah pola pikir penduduk pulau Pramuka itu sendiri. Pekerjaan persuasi dilakukan perlahan dan konsisten hingga akhirnya terjadi perubahan hati. 

    Atas kiprahnya, pemerintah memberi Mahariah apresiasi Kalpataru tingkat provinsi tahun 2016 dan Kalpataru tingkat nasional pada tahun 2017.Kalpataru sendiri berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti pohon kehidupan.

    Dahulu Darurat Sampah, Kini Menjadi Pulau Nol Sampah

    Dahulu Pulau Pramuka merupakan pulau penuh sampah dan sempat menjadi salah satu tujuan wisata namun sangat penuh dengan sampah. Kini Pulau Pramuka ini menerapkan pulau nol sampah dengan berbagai gerakan lingkungan yang telah dilakuan selama ini. 

    Pada bidang lingkungan, kegiatan berfokus pada pengolahan sampah dan ketersediaan air bersih. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pengelolaan bank sampah, pengumpulan sampah organik yang dimasukkan ke dalam alatbiodigester, sehingga menghasilkan biogas untuk keperluan memasak, pemanfaatan ulang botol plastik agar menjadi bata ramah lingkungan (ecobrick), pembuatan karya seni dari limbah styrofoam, serta penampungan air hujan dan pertanian sayur organik yang dapat dilakukan di halaman rumah.

    Pengelolaan Bank Sampah Dan Pengumpulan Sampah Organik

    Pengelolaan sampah menjadi salah satu problem yang belum tentu bisa diselesaikan secara sepihak atau perorangan, dibutuhkan sebuah komitmen bersama. Dengan adanya pengelolaan bank sampah, maka permasalahan sampah pun kian teratasi.

    Selainbank sampah, sampah organik pun mendapatkan prioritas dan dilakukan pengumpulan sampah organik dalam alat biodigester yang bisa mengubah sampah organik menjadi biogas sehingga bisa digunakan untuk memasak warga-warga sekitar. Selain menghemat bahan bakar juga bisa mengurangi polusi akibat bahan bakar selain gas. 

    Pemanfaatan Botol dan sampah Menjadi EcoBrick


    Siapa yang tak mengenal EcoBrick? Pastinya banyak yang merasa asing dengan Ecobrick. Ecobrick merupakan pemanfaatan ulang botol pastik agar menjadi bata ramah lingkungan. Pemanfaatan ecobrick ini bisa digunakan buat apa saja seperti meja, kursi, dan lainnya. 

    Hutan Mangrove

    Selain mengolah sampah dan Ecobrick, Pulau Pramuka juga mengembangkan Mangrove untuk menghalau abrasi yang semakin mengkhawatirkan dari hari ke hari. Semakin banyak mangrove yang ditanam, maka diharapkan bisa menghalau ombak yang menyebabkan abrasi, selain itu bisa menambah hijau dan wisatawan pun memiliki pilihan untuk berkunjung ke hutan mangrove di pulau Pramuka. 

    Selain itu terdapat banyak pemanfaatan sampah seperti pembuatan karya seni dari limbah styrofoam, serta penampungan air hujan dan pertanian sayur organik yang dapat dilakukan di halaman rumah. 

    Peran Astra Dalam Kampung Berseri Astra 

    Kampung Berseri Astra adalah program pengembangan masyarakat berbasiskan komunitas yang mengintegrasikan 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, di dalam satu lingkungan kampung. Visi program ini adalah mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif.

    Pulau Pramuka menjadi salah satu contoh pemberdayaan dan pemanfaatan sampah serta pulau nol sampah yang menjadi contoh bagi pulau-pulau lain yang menghadapi permasalahan sampah.


    Continue Reading



    Permasalahan sampah sepertinya masih menjadi hal yang tak berkesudahan di Indonesia, khususnya Jakarta. DKI Jakarta merupakan penyumbang sampah terbanyak ketiga di Indonesia setelah Jawa Barat dan Papua. Jakarta memproduksi kira-kira 6,7 ribu m3 per hari, bisa dibayangkan berapa ribu ton sampah yang akan dihasilkan setiap bulan bahkan setiap tahunnya. Penampungan sampah di Jakarta seperti Bantar Gebang pun memiliki kapasitas terbatas karena menampung sampah bukan hanya dari Jakarta saja melainkan wilayah lain disekitarnya. 

    Jika warga daerah lain merasa sampah itu tidak bermanfaat dan harus dimusnahkan? Namun tidak dengan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Warakasa sepertinya malah menikmati memilah-milah sampah dan mengumpukan, bahkan kini warganya tengah jatuh cinta dengan Maggot. Kira-kira apakah Maggot itu?

    Dokumentasi : Ibu Wulan, PKK Warakas

    Maggot, mungkin tak populer bagi masyarakat, namun peternak ikan dan ayam sangat familiar. Maggot bisa dibilang sebagai pakan alternatif untuk ikan dan ayam dengan sumber protein yang sangat tinggi.  Warga Warakas pun menangkap peluang tersebut dan membudidayakannya di Balai Warga yang berdiri 2 lantai di tengah kepadatan penduduk Tanjung Priok, Jakarta Utara. Selain membudidayakan Maggot, warga Warakas juga turut aktif dalam pengelolaan sampah, terutama ibu-ibu PKK yang diketuai oleh Ibu Wulan. Saat mengunjungi Warakas, tempat yang semula berserakan sampah kini menjadi sangat terjaga berkat pengelolaan sampah terutama bank sampah. 

    Dengan senyum, Ibu Wulan pun menyambut saya dan beberapa teman yang sengaja berkunjung ke Warakas ini untuk mengetahui program apa saja yang telah dilakukan dalam pengelolaan sampah yang sangat berhasil di daerah Jakarta Utara ini.

    Pengelolaan Sampah Dan Maggot Di Warakas

    Saat memasuki Bank Sampah Warakas yang dibangun oleh Astra, saya melihat beberapa anak-anak yang tengah berjajan setelah pulang dari Taman Kanak-Kanak. Kebetulan Bank Sampah Warakas ini tergabung dalam Balai Warga dengan lantai bawah difungsikan sebagai Sekolah dan kumpul warga serta kantor, sedangkan lantai atas difungsikan sebagai kantor dan membudidayakan Maggot dan Sampah Organik dan Cair. 

    Samtama : Sampah Tanggung Jawab Bersama, Dari Warga Untuk Warga


    "Mulanya memang warga belum mau melakukan pemilahan sampah," Kata Bu Wulan. Warga tadinya memang tidak serta merta menerima program pemilahan sampah. Sampah sendiri dipilah menjadi sampah organik dan non-organik. Lama kelamaan karena sering dilakukan sosialisasi dan warga pun turut andil dalam program tersebut, maka akhirnya warga pun melakukan pemilahan sampah dengan sukarela. 

    Pengelolaan sampah termasuk pemilahan ini terlebih dahulu di drop di satu titik, biasanya yang dijadikan tempat adalah ketua RW di Warakas. Setelah terkumpul di tempat tersebut, kemudian akan ditampung sesuai dengan jenis sampah yang dicatat. Relawan akan mencatat berapa sampah yang terkumpul di buku Tabungan Sampah.


    Dari buku Tabungan Sampah tersebut, maka nantinya akan diuangkan sesuai dengan jumlah sampah yang sudah disubmit dan dituliskan dibuku. Disamping itu, setiap pengurus dan warga pun memiliki aplikasi Kontras, dari pemkot Jakarta Utara. Dari aplikasi ini pun sangat jelas tertera berapa penghasilan setiap satu pengelola sampah, biasanya satu tempat itu satu RW. Aplikasi ini memungkinkan untuk mengkategorikan sampah sesuai dengan jenisnya seperti sampah botol plastik, gelas plastik, karton dan lain-lainnya. 

    Setiap kategori sampah memiliki nominal yang sesuai dengan nilai rupiah, setiap pool bank sampah pun memiliki aplikasi Kontras tersebut. Warga pun bisa memantau dan mengira-gira apa saja sampah yang dapat menghasilkan uang lebih banyak seperti sampah gelas plastik. Sedangkan sampah Organik pun tetap dikumpulkan dan dimanfaatkan sebagai bahan pupuk cair organik dan pakan budidaya Maggot. 


    Sampah karton, botol dan lain-lainnya yang sudah ditampung, kemudian dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya dan bahannya. Seperti botol plastik dan gelas plastik, sampah non-organik yang paling mendominasi akan dirapikan dan disusun untuk dijual ke penampungan sampah pemkota Jakarta Utara. Selain itu, sampah lain-lain pun bisa dijadikan sebagai eco-brick dan dibuat kreasi lain seperti kursi dan meja sehingga menambah nilai ekonomis.

    Selain menampung sampah baik organik dan non-organik, setiap bank sampah juga mengumpulkan minyak goreng jelantah. Ternyata minyak goreng jelantah ini bisa digunakan sebagai bahan pembuat beberapa produk seperti sabun cuci baju, bahan bakar lampu minyak, pupuk tanaman, cairan pembersih lantai, bahan bakar bio solar, pakan unggas dan masih banyak kegunaan lainnya. Nah, yang memiliki banyak minyak jelantah dirumah bisa ditampung dan dimanfaatkan sebagai produk tersebut. 

    Nah, lalu bagaimana dengan pengolahan sampah Organik di Warakas? Ternyata sampah organik bisa digunakan sebagai kompos, pupuk cair dan pakan budidaya Maggot.

    Sampah Organik dan Budidaya Maggot


    Sampah organik sebetulnya lebih bisa diuraikan, karena itu sampah organik bukan menjadi masalah utama. Namun, tidak semua rumah tangga memanfaatkan sampah organik tersebut. Yang paling sederhana adalah pupuk kompos yang bisa dilakukan secara sederhana di belakang rumah atau tempat penampungan sementara di tempat seperti ember atau drum bekas. Namun, memang karena tidak tahu manfaat dan tidak membutuhkan kompos tersebut, warga Warakas pun membuang sampah tersebut bersamaan dengan sampah non-organik. Kesulitan pertama yang dialami oleh Ibu Wulan dan teman-teman di PKK sebelum adanya program pemilahan sampah ini, maka sampah pun tercampur dan akan sulit dipisahkan karena bercampur. Namun, selang waktu kesadaran warga memilah sangat membantu sekali. Kini Bank Sampah Waraksa pun memiliki beberapa produk seperti pupuk cair dan kompos serta pembudidayaan Maggot.

    Maggot atau larva biasanya sangat ditakuti karena menjijikan, namun tidak buat warga Warakas. Maggot bukan menjijikan namun menambah pundi-pundi karena bisa dibudidayakan dan dijual dengan harga yang cukup menggiurkan. 


    Mengembangkan peternakan Maggot tidaklah sulit mengingat Maggot berkembang biak secara alami di alam sehingga mudah diperoleh. Maggot ini bertahan hidup di lingkungan tropis dan subtropis, sehingga potensi perkembangbiakannya di Indonesia yang beriklim tropis sangat mudah diwujudkan.

    Perkembangbiakan Maggot dilakukan pada media yang bersih yaitu pada media yang berbau fermentasi agar lalat BSF dan dimuat tidak ada penyakit. Lalat BSF adalah hewan yang memiliki antibiotik alami di dalam tubuhnya yang membuatnya tidak menularkan penyakit.

    Dengan pembudidayaan ini, penyerapan sampah organik masyarakat pun sangat maksimal. Dengan keuntungan ekonomi yang dihasilkan, bukan tidak mungkin akan terus dilakukan dan menjadi pemecahan masalah sampah di beberapak wilayah di Jakarta maupun luar Jakarta. 

    Peran Ibu Wulan dan Ibu-Ibu PKK Warakas pun sangat mengispirasi karena membuat warga Warakas yang tadinya menganggap sampah itu menjijikan, saat ini malah menganggap sampah adalah pundi-pundi emas.

    Peran Astra Di Warakas


    Kampung Berseri Astra adalah program pengembangan masyarakat berbasiskan komunitas yang mengintegrasikan 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, di dalam satu lingkungan kampung. Visi program ini adalah mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif.

    Warakas pun mendapatkan keistimewaan karena mendapatkan perhatian khusus yaitu dengan pendampingan dari Astra. Peran Astra ini memberikan pendampingan keempat pilar tersebut terutam pilar lingkungan dan pendidikan. Sedangkan Kesehatan pun diterapkan pada saat pandemi beberapa saat lalu. 

    Warakas mengajarkan kepada kita semua, bahwa sampah pun bisa disulap menjadi pundi-pundi emas dan mampu mengurangi permasalahan sampah yang tidak ada habisnya di wilayah lain di Jakarta dan daerah lain. Warakas juga mengajarkan untuk konsisten serta memanfaatkan apapun  yang dimiliki, seperti sampah ini. 


    Continue Reading
    Older
    Stories

    Created with by BeautyTemplates

    Back to top