Berburu Batu Akik di Martapura

6/30/2015 11:00:00 PM


"Prasasti Intan" itu terlihat dengan kilauannya diapit oleh guratan huruf yang membentuk sebuah nama tempat di Kabupaten Banjar, sekitar 40 kilometer disebelah timur Banjarmasin. Martapura, sebuah kecamatan, ibukota kabupaten Banjar. Dahulu, Banjar disebut sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Banjar. 

Begitu memasuki pintu gerbang alun-alun Martapura. Sebuah gerbang kesultanan Banjar  yang sangat mirip Art de triomphe Paris menyambut saya dan rombongan (Tim Rumah Belajar Samsung) dari Jakarta. Setelah memasuki kawasan alun-alun, saya di sambut tulisan 'Martapura' dengan warna kuning yang cerah.

"Man, kita foto yuk di tulisan Martapura itu," kata Arie Goiq, salah satu teman saya.

"Yuk, sebelum kita cari-cari batu, kita foto dulu," saya menyetujui usulnya dengan cepat.

Beberapa orang dari rombongan termasuk saya mengambil langkah berbeda. Ada hal yang harus kami abadikan, di depan icon Martapura.

Narsis di Martapura 
Panas menyengat siang itu pun tak lantas menyurutkan tekad kami untuk foto dan narsis di depan icon Martapura. Sebetulnya sempat timbul pertanyaan, kenapa tulisan Martapura ini harus berwarna kuning? Jawabannya mungkin akan sangat singkat "karena eye catching" atau mungkin saja karena "kota intan dan harus ngejreng".


Martapura, Kota Intan, Santri dan Serambi Mekkah


Martapura, merupakan salah satu kecamatan di Banjar. Martapura memiliki beberapa julukan yang sangat istimewa, salah satunya Kota Santri. Pemberian nama kota santri, karena di sinilah terdapat beberapa puluh pesantren yang menghias sudut Martapura.

Lain lagi ketika Martapura di kenal sebagai Serambi Mekkah. Cerita singkatnya, sangat berkaitan dengan pesantren dan kawanan santri yang sering memakai pakaian putih-putih, berjalan kesana kemari serta belajar menuntut ilmu agama. Serambi Mekkah sama artinya dengan kota agamis, mirip seperti Aceh.

Sedangkan kota Intan, julukan yang saat ini sangat populer sejak batu-batuan dari kalimantan dan beberapa daerah lain 'tren' di Indonesia.


Pusat Batu Akik



Bukan rahasia lagi kalau Martapura merupakan surga batu-batuan alam di Kalimantan Selatan. Kompleks pertokoan yang menjual bebatuan tersebut bernama "Cahaya Bumi Selamat". Konon, pertokoan tersebut merupakan pasar yang digunakan untuk menjual hasil kerajinan dari penambang batu alami di sekitar wilayah Martapura.

Hasil perburuan batu-batuan alami yang di tambang dari sekitar wilayah Martapura ini kemudian di 'sulap' sedemikan rupa sehingga menjadi batu-batuan yang di pakai oleh kita semua. Beragam jenis kerajinan batu mulai dari batu red borneo, batu bacan, dan batu lainnya menghias sepanjang pertokoan yang buka dari pagi sampai sore menjelang malam ini. Sepintas pertokoan yang dekat dengan Masjid Agung Al Karomah yang merupakan Masjid terbesar di Martapura.


Selain kerajinan khas Kalimantan, di pertokoan terdapat oleh-oleh makanan khas Banjar dan Kalimantan. Bagi yang berburu kaos, kain khas Kalimantan, tenun, sarung dan assesoris, di pertokoan ini bisa kita jumpai sepanjang lorong-lorong.



Apabila di Jakarta, beberapa batu-batuan seperti batu bacan atau lainnya itu di jual dengan harga yang lumayan menjerat kantong, di Martapura, harga beberapa batu-batuan ini sangat miring. Karena selain pusat batu-batuan, Martapura memiliki kekayaan alam berupa batu-batuan yang unik dan sangat mudah di temukan dengan pengalihan sederhana.



Akhirnya, saya pun memutuskan untuk tetap membeli batu-batuan yang belum di 'gosok'. Saya membeli "Red Borneo". Menurut penjual batuan, Red Borneo merupakan batuan khas Kalimantan yang hanya bisa ditemukan di Kalimantan saja. Jadi, saya putuskan untuk membeli batuan yang khas saja. Seandainya saya mengetahui jenis-jenis batu dan paham akan dunia per'batu'an maka saya tak akan ragu untuk membeli sedikit banyak batu-batu tersebut.

Jadi, kapan kita ke Martapura lagi dan shopping batu Akik? Semoga dalam tahun ini. Amin.

You Might Also Like

22 Comments

  1. memang kalimantan itu kekayaan alamnya sangat melimpah, salah satunya batu akik.. kpan2 nitip mas batu akiknya, lumayan harganya kan miring hehe

    BalasHapus
  2. ooo, ternyata di Kalimantan ada juga ya nama daerahnya Martapura. Dipalembang juga ad tuh hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini Sejarah Kota Martapura di Palembang
      Sekitar ± 1835 Masehi,bermula dari seorang ustadz pendatang dari pulau Borneo (Kalimantan ) bernama H. Jamaludin bin Azhar bin H. Mahmud yang masih muda belum beristri, mengajar ngaji di mesjid agung Desa Tanjung Kemala, yang pada waktu itu Tanjung Kemala dipinpin oleh Pangeran Aguscik Putra dari mantan pasirah dari marga paku senggkunyit yaitu pangeran muhamad Ali. Setelah usia ±25 tahun H. Jamaludin menikah dengan saudara sepupu dari pageran aguscik yang bernama halimah dari keluarga limas.Atas jasa – jasanya mengajarkan agama Islam H. Jamaludin dianggkat menjadi sebagai pemangku adat oleh pengghulu tertua atas persetujuan masyarakat ketua didaerah Tanjung Kemala.Dalam perkembangannya daerah Tanjung Kemala semakin bagus maka terbentuklah perkampungan baru terletak di sebelah hilir desa tanjung kemala disebut kampung hilir nama martapura.Tercetus ketika H. Jamaludin sedang mengajar ngaji dengan mengatakan : “ murid – muridku semuanya kampong kita ini belum mempunyai nama sedangkan penduduknya yang sudah memadai bagaimana kalau kita beri nama daerah kelahiran saja yaitu Martapura ? Spontan disetujui dan diterima oleh masyarakat, mulai saat itulah kampung hilir yang bersebelahan dengan Tanjung Kemala bernama Martapura (Sumber : Tamrin. A. Roni.)
      Jadi, nama Martapura di Palembang itu di ambil dari nama kota Martapura di Kalimantan!! Maka x baca sejarah donk.

      Hapus
  3. wuii batu akiknya banyak banget ya. hahaha

    BalasHapus
  4. Wahhh demen juga dengan akik, mas :-D
    Banyak banget bongkahan yang masih mentah itu :-D

    BalasHapus
  5. Dari zaman batu akik blm booming, martapura dah terkenal karna akik nya.
    Aku akan berkunjung kesana dengan segera hahaha

    BalasHapus
  6. Waduh Mas itu batu akik yang dipajangnya menarik banget ya. Cantik-cantik...
    Dulu saya pernah suka batu akik. Pernah memiliki beberapa cincin dgn batu akik yg lumayan. Itu dulu Mas, tahun 1998, masa krismon. Sekarang tidak lagi, cuma melihat teman2 di pabrik jadi banyak yg pakai cincin berbatu akik. Mirip tahun 1998 itu...

    Salam,

    BalasHapus
  7. Batu akik saya sukanya Bloodstone... Hehehe :)

    BalasHapus
  8. Kalau ke martapura lagi jangan lupa bawain oleh-olehnya iya mas salman hihihi

    BalasHapus
  9. Saya kira tadi Martapura di daerah Sumatera Selatan. Ternyata di daerah Kalimantan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca sejarah asal usul nama kota Martapura yg di Palembang donk! jgn asal nyerocos aj.

      Hapus
  10. Loh, beli yang ngga digosok, Mas? Bisa digosokin di bapak kosan saya, beliau kerja sampingan gosok batu :)

    BalasHapus
  11. aku pengen banget ke martaqpura man, sahabatku tinggal disana huhuhu....aku baru dikasih batu akik niih pengen diasah biar kekinian hihihihi

    BalasHapus
  12. masih musim batu akik? kirain udah engga musim hehe

    BalasHapus
  13. ajak dong kali-kali kalau ke Martapura

    BalasHapus
  14. jadi inget ...dulu sebelum batu akik booming spt sekarang ibu saya selalu dapat oleh2 batu dari kalimantan tiap kalia da anak kost kerja praktik di sana..sekarang tiap saya liat batu akik pasti inget batu akik koleksi ibu :))

    BalasHapus
  15. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  16. kalimantan emang kaya dan indah, orangnya pun ramah2, sedih sekali kalimantan sekarang sedang di landa bencana kebakaran yang berkepanjangan. salam dari saya di karimunjawa

    BalasHapus