Mengenal Keindahan Labuhan Bajo dan Pulau Komodo Dalam Film Labuhan Hati

4/09/2017 09:53:00 PM


Siapa yang tak mengenal Labuhan Bajo atau Pulau Komodo? Hampir semua orang mengenalnya sebagai sebuah surga. Pantai berpasir pink, kerang-kerang dan bintang laut, keindahan bawah laut yang kayak dengan spesies yang beraneka ragam, puncak bukit yang mampu menghipnotis seseorang dengan pemandangan luar biasa diatas sana. Hampir semua khayalan ini nampak sangat nyata di Film Labuhan Hati.

Sang pemimpi terus mendamba, agar suatu saat keinginan Pulau Komodo dapat terwujud. Begitulah imipian kecil saya menjelajahi Pulau Komodo dan Labuahn Bajo ini terus mengelora saat mendapat undangan nonton bareng Film Labuhan Hati. Memang terkesan norak, Labuhan Bajo aja belum pernah? Ya, dari mimpi kecil ini, saya yakin akan terwujud suatu saat. Amin.

Sebelum menonton filmnya, lebih baik mengetahui secara jelas Sinopsis dan Review yang saya buat dalam beberapa ratus kata ke depan. Meski saya memiliki analisis sendiri, namun bisa jadi review orang lain sangat berseberangan dengan tulisan saya ini, so ini hal wajar karena taste atau selera pribadi akan cenderung disesuaikan kesukaan saya. 

Trailer Film Labuhan Hati 

Sebelum menyelam review terlebih dalam lagi, ada baiknya membuka mata dengan trailer film. Secara kualitas gambar, film ini tak akan diragukan lagi. So, enjoy watching ya. 


Sinopsis Film Labuhan Hati 

Perempuan bernama Maria itu tengah melesat ke dalam laut. Sosok berusia 27 tahun itu tak sekedar berenang atau menyelam, namun ia tengah menari indah dengan deburan ombak sebagai panggungnya.
Maria sang gadis pesisir Sulawesi Utara itu telah bekerja di resort di Pulau Sebayur, sebagai tour guide bagi turis yang datang ke Pulau Komodo.
Sejak ditinggalkan oleh kekasihnya dua tahun silam, Maria selalu menimpakan kepergian kekasihnya tersebut pada tubuhnya. Menurutnya, hal itulah yang menjadi penyebab kekasihnya berselingkuh dan meninggalkannya.
Adapula Bia (40 tahun), seorang wanita sekaligus ibu dari satu anak perempuan. Datang dengan segala kemewahan yang ada padanya, mulai dari koper mahal jinjingannya hingga beragam baju-baju perancang papan atas yang mengisi kopernya, nyatanya tak mampu memenuhi relung hati Bia.
Puluhan buku self development yang turut dibawanya pun sekedar tentengan tanpa makna. Sebab, relung hati Bia semata-mata hanya dipenuhi kerinduan yang teramat membuncah akan dunia menyelam. Rasanya sudah bertahun-tahun sejak melahirkan anak pertamanya, dengan segala rutinitas kegiatannya   laut jadi satu hal yang jauh dari agendanya.
Kemudian, ada pula Indi. Perempuan usia 35 tahun yang punya tunangan seorang pria yang memaknai cinta sama dengan komitmen. Itu sebab, bagi Indi laut di Pulau Komodo adalah titik surganya sebelum kembali pada realita untuk siap menjalankan apa yang jadi prinsip calon suaminya : cinta berarti komitmen.
Dan Labuhan Bajo, menjadi titik awal  pertemuan tiga perempuan dengan latar belakang yang berbeda tersebut, yakni Bia, Indi dan Maria.
Ketiganya menghabiskan waktu 7 hari, 6 malam living on boat bersama seorang instruktur diving bernama Mahesa.
Sang pria berusia 35 tahun itu begitu menguasai tiap sudut kepulauan Komodo. Mahesa ditugaskan ikut ke atas kapal bersama ketiga perempuan tersebut, sebab Indi dan Bia butuh pendampingan untuk menyelam.
Tak dinyana, dalam, waktu singkat, hubungan ketiga perempuan itu meningkat dari pertemanan hingga persahabatan.
Hingga akhirnya, ketiga perempuan tersebut saling berperang dingin demi merebut hati Mahesa.
Lantas, akankah perjalanan ‘pelarian diri dari segala rutinitas’ ini justru membantu menyelesaikan masalah mereka? Atau justru kehadiran Mahesa makin memperparah keadaan ketiganya?

Sumber Sinopsis : postfilm.com

Review 

Sumber Foto Disini 
Setelah menonton filmnya, saya terkesan dengan footage per footage yang luar biasa memukau mata saya. Dengan teknologi yang bagus, gambar film sangat detail dan tergambar dengan indah. Jadi sepanjangan pemutaran film, yang terucap dari mulut saya adalah waah, wow, keren dan kata-kata pujian lainnya.

Lola Amaria berhasil mengantarkan penonton masuk kedalam film melalui gambar, namun dari segi cerita, alur dibangun dengan sangat lambat. Apakah ini ciri khas Lola dalam setiap filmnya? Sepertinya inilah ciri khas yang melekat. Seperti novel, bagian per bagian sangat detail namun bumbu-bumbu kejutan sayang tak segera muncul sehingga pada bagian akhir justru tidak memuncak atau klimaks. Sungguh sayang, alur sangat runtut tanpa ada random atau flashback yang semakin menguatkan kekuatan cerita.

Dari segi Casting, Nadine, Kelly, Ully dan Ramon cocok memaikan peran masing-masing. Dan dari segi background, mereka telah memiliki jam terbang traveling dan diving yang tinggi, jadi tidak ada keraguan. 

Unsur humor sebetulnya terjadi dalam beberapa part, sebetulnya penonton membutuhkan tambahan unsur komedi, namun lagi-lagi genre drama sangat dominan sehingga akan membuat film menjadi tak fokus.

Selain alur cerita, film sangatlah bagus. apalagi OST yang berrjudul Butiran angin. Penasaran dengan OST? Ini dia dibagian Original Soundtrack. 

Overall, film ini sangat disarankan untuk traveler dan diver yang sangat menyukai petualangan di alam bebas seperti Labuhan Bajo dan Komodo. 

Original Soundtrack 

OST Labuhan Hati ini berjudul Butiran Angin dari Mondo Gascaro. Menurut saya, lagu ini adalah bagian yang tak terpisah, lagu ini seperti ruh dan sangat menyatu dengan film Labuhan Hati. 



You Might Also Like

3 Comments

  1. Wah sayang banget ya, gambar-gambar indah tidak diikuti alur cerita film yang menarik.. Padahal tadi berharap alur cerita film akan semenarik gambar-gambarnya

    BalasHapus
  2. Wah, ceritanya pasti bagus dan menarik, tapi sayang sampai sekarang belum bisa lihat filmnya...

    BalasHapus
  3. Indah banget pemandangan alamnya. Jadi pengen ke sana kapan-kapan

    BalasHapus