I am Single But Not Happy

9/10/2018 09:15:00 AM


I am single but I am not happy. Loh, biasanya kan kalo belom merit, apalagi belom punya anak, lebih bahagia daripada yang udah punya pasangan. Lebih bahagia dalam arti lebih bisa menikmati hidup seperti jalan-jalan kemanapun dan penghasilan pun tidak dikasih istri untuk dibelanjakan. Iya kan? 

"Man, lo kan masih single. Enak banget bisa jalan-jalan kemana-mana sendiri. Kalau gue kan udah punya buntut satu, belom lagi kalau mau jalan-jalan mesti satu paket alias 3 orang."

Suatu hari sahabat saya pernah bercerita tentang tidak enaknya jalan-jalan bersama dengan anak dan istri karena memang biaya pun bisa membengkak 3 kali lipat dibandingkan dengan saya yang masih bujang ini. Belom lagi pada saat gajian, hampir seluruh uang akan lari ke kantong istri untuk dibagi-bagi kedalam pos-pos pengeluaran. Memang kehidupan berumah tangga agak kompleks dibandingkan dengan yang single seperti saya.

Belum lagi ketika anak atau istri sakit, maka biaya yang tadinya untuk menabung berubah menjadi uang yang mesti dikeluarkan pada saat itu juga. Belum lagi kalau banyak kegiatan keluarga yang menuntut untuk mengeluarkan biaya. Wow, betapa ruwetnya kehidupan berumah tangga. Namun, percayalah bukan hanya yang sudah berpasangan saja yang mengalami masalah keuangan. Saya pun memiliki permasalah yang sama, bahkan setelah beberapa tahun bekerja, sampai saat ini pun saya belum memiliki rumah ataupun kendaraan. 


Hobi saya memang jalan-jalan. Bagi saya, jalan-jalan itu seperti menemukan semangat untuk menlanjutkan hidup ditengah himpitan masalah yang melanda. Jalan-jalan itu seperti vitamin yang menjalar keseluruh bagian tubuh dan merecharge kembali tubuh dari kepenatan dan rutinitas yang tak kunjung usai. 

"Mari saya antar ke tempat pembelian tiket."

Seorang wanita berpakaian rapi seperti orang kantoran kemudian menunjukan jalan sekaligus mengantar saya ke tempat pembelian tiket di Stasiun Shinjuku. 

Peristiwa itu terjadi beberapa tahun silam ketika saya baru pertama kali menginjakan kaki di Tokyo, Jepang. Bagai kehilangan induk semang, inilah yang terjadi ketika saya tersesat di Stasiun Shinjuku dan bertemu dengan seorang wanita pekerja kantoran. Bahkan setelah hampir 6 tahun berlalu, saya masih ingat betul kebaikan wanita ini. Mungkin inilah yang membuat saya betah berlama-lama di negeri orang, karena baik dan buruk itu bisa terjadi kapan saja dan dimana saja, jadi saya selalu tidak mempedulikan perkataan orang tentang daerah yang saya kunjungi. 

Uang Habis Pada Saat Jalan-Jalan?


Jalan-jalan merupakan kesenangan dan menambah semangat, namun jalan-jalan  bisa menjadi malapetaka karena telah melebihi budget yang ditetapkan sebelumnya. Inilah mengapa jalan-jalan bisa menjadi baik, bisa juga menjadi buruk. Kehabisan uang ditengah perjalanan itu mungkin saja terjadi pada siapa saja yang tidak merencanakannya dengan detail dan sesuai dengan realita. 

Biasanya rencana yang detail tidak saja membantu mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, namun membantu kelancaran perjalanan dan ketepatan waktu. Di dalam perjalanan, kita tidak tahu apa yang akan terjadi, makanya kita perlu juga budget cadangan apabila terjadi hal-hal buruk. 

Di Osaka, beberapa bulan lalu, malam hari terdengar suara alarm yang cukup lama. Saya sedang siap-siap tidur, mulanya tidak saya hiraukan. Namun, alarm tambah kencang dan dengan bergegas saya keluar kamar dan berlari ke tangga darurat. Rupanya terdapat indikasi asap di lantai 2 atau 3, lantai yang saya diami. Setelah beberapa lama, ternyata tidak terjadi apapun. Keesokan harinya pada saat saya cek out, resepsionis memberikan sebuah minuman tanda minta maaf karena peristiwa tadi malam. Kalau kebakaran yang terjadi malam itu, entah apa yang akan saya perbuat sedangkan barang-barang saya cukup banyak dan esoknya harus terbang ke Jakarta. 

Hal buruk bisa terjadi lagi kalau berhubungan dengan masalah keuangan yang tidak bisa kita rem. Biasanya ketika membeli oleh-oleh yang harusnya bisa kita rem, malah merajalela dan akibatnya menguras budget yang ada. Misalnya budget belanja hanya 1.000 malah bertambah dua kali lipat menjadi 2.000 sedangkan perjalanan masih sangat lama. Ini yang sangat sering terjadi. 


Akhir-akhir ini saya sering pergi ke negara lain sebagai guide. Sebagai guide, saya harus memastikan semua pengeluaran sesuai dengan budget. Dari sinilah saya belajar untuk mengerem beli oleh-oleh yang tidak perlu. Memang orang Indonesia sangat peduli dengan omongan tetangga, sehingga merasa tidak enak dan akhirnya memaksakan kehendak dan keuangan, akhirnya jebol juga uang kita.

Godaan Belanja Online

Selain jalan-jalan, racun yang akan menghancurkan keuangan adalah belanja online. Siapa sih yang tidak tergoda dengan promo-promo yang selama ini digaung-gaungkan di social media. Saya termasuk yang hobi belanja online. Bukan karena masalah diskonnya, namun kepraktisannya sehingga menghemat waktu jika barang dibutuhkan sulit dicari atau sedang banyak deadline. 

Karena terbiasa belanja online, kadanga-kadang barang yang sebetulnya kurang kita butuhkan terbeli dan akhirnya tidak digunakan dan menunmpuk di lemari. Inilah yang sangat tidak diinginkan oleh saya, apalagi dikos yang minim sekali ruangannya sehingga harus mengatur tempat untuk menampung barang-barang yang tak terpakai.

Gaya Hidup Itu Mahal 

Selain jalan-jalan dan belanja online, gaya hidup juga sangatlah memakan pengeluaran. Bayangkan saja apabila setiap hari harus minum kopi yang sangat malah, makan direstoran mahal dan fitnes di tempat mahal. Belum lagi gadget yang dibeli pun bukanlah merek yang menengah kebawah, malah kelas yang paling mahal. 

Gaya hidup di Jakarta juga sangatlah mempengaruhi kita dalam menentukan barang-barang yang akan kota beli. Jika kita mampu maka tidaklah sulit, namun jika tidak mampu namun berusaha ngutang sana-sini demi bergaya seperti borjuis. Inilah yang sangat mengkhawatirkan. 

Single Itu Harus Berhemat

Nah, jika mau jadi single yang bahagia, maka harus mengatur keuangan supaya bisa menambung dan masa depan pun bisa diraih dengan gemilang, hehehe. Kalau mau berhemat pasti dikasih lebih hasilnya dikemudian hari, bisa juga berupa rumah atau mobil sebagai investasi yang sangat mengiurkan. 

Berhemat memang agak susah tapi bukan tidak mungkin, karena pasti dikasih lebih nantinya, maka harus bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian. Kalau kamu bagaimana cara berhemat ala kamu? Kan ada yang setiap hari mesti nabung 10.000 atau bisa juga nabung 20.000. Ketika dikumpulkan diakhir tahun, ternyata bisa dibelikan barang yang lebih bermanfaat. #PastiDikasihLebih kok kalo kita bisa nabung dan berhemat.


You Might Also Like

7 Comments

  1. Bener bgt biaya hidup mah murah gaya hidup yg mahal 😃😃

    BalasHapus
  2. Ternyata ya sam aja,,huhu kirain yang single ga begitu mengalami banyak masalah keuangan daripada yang berkeluarga. Kalau sekarang Amel sendiri lagi belajar nabung buat masa depan anak-anak sih,,ya ga banyak tapi setiap bulan harus ada yang di simpen ,,soakan akuhh semoga istiqomah yak nabungnya hehe.

    BalasHapus
  3. ternyata ada bahaya mengancam dibalik enaknya jalan jalan ya... yaitu pengeluaran yang membengkak.... kalo saya jalan-jalan biaya buat beli oleh oleh emang gede sih hiks

    BalasHapus
  4. Aaaah perihal oleh-oleh. Sudah lama saya berjanji untuk tidak membeli oleh-oleh setiap kali bepergian karena bakal memberatkan bawaan ... dan godaannya sangat berat.

    BalasHapus
  5. Masa single memang masa kebebasan kita menggunakan penghasilan kita untuk yg kita inginkan termasuk jln2.. hayukk mulai hemat mas Salman dgn menabung atau investasi

    BalasHapus
  6. Iya nih, gaya hidup yg harus diubah utk bs lbh hemat ya, ga nongkrong mulu :D

    BalasHapus
  7. Iya yaa dicoba nabung sehari 10 ribu, akhir tahun mayan dapatnya.

    BalasHapus