Kental Manis itu Gula atau Susu? Pentingnya Sadar Gizi Seimbang Bagi Anak

2/15/2022 10:32:00 PM

 

Era Globalisasi sudah di depan mata, mungkin dalam waktu beberapa tahun negara tetangga seperti Malaysia, Singapore atau Thailand misalnya sudah bisa masuk ke Indonesia dan bekerja sebagai tenaga professional sesuai bidangnya, jika tak siap dengan kompetensi tersebut, maka pemuda pun akan menjadi budak di negaranya sendiri. Kalaupun tidak masuk ke Indonesia, persaingan global pun akan semakin kompetitif dengan hadirnya teknologi dan perkembangannya di masa mendatang. Bisa dipastikan jika tanpa kompetensi yang baik, Indonesia akan menjadi konsumen dari pasar global saja. 

Mimpi buruk? Tentu saja tidak, karena Indonesia memiliki banyak sekali keunggulan diantaranya ekonomi dan bonus demografi. Indonesia diprediksi akan menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia pada 2045. Saat ini, Indonesia berada di peringkat 16 di antara negara-negara G20. Indonesia memiliki bonus demografi yang bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dimana sebagian besar penduduk Indonesia memiliki usia produktif atau kerja. Sebut saja tantangan terkait beberapa permasalahan yang harus dituntaskan sehingga ekonomi dan bonus demografi ini menjadi sebuah kekuatan di masa mendatang. 

Potret Kesehatan di Indonesia 


Menuju bonus demografi pada 2045 mendatang, sepertinya permasalahan kesehatan di Indonesia masih perlu dibenahi. Generasi mendatang yang akan menjadi pemimpin di negeri ini serta mengelola sumber daya di Indonesia menjadi penguasa pasar di Asia dan Dunia nantinya. Hal itu terjadi apabila anak-anak yang dilahirkan saat ini memiliki gizi baik dan  akses pendidikan serta fasilitas kesehatan. Namun, faktanya masih banyak masalah kesehatan yang berhubungan dengan anak dan ibu. Beberapa permasalahan kesehatan di Indonesia antara lain : 

Masih Tingginya Angka Kematian Ibu dan Anak 

Menurut Kemenkes, berdasarkan data Sampling Registration System (SRS) tahun 2018, sekitar 76% kematian ibu terjadi di fase persalinan dan pasca persalinan dengan proporsi 24% terjadi saat hamil, 36% saat persalinan dan 40% pasca persalinan. Yang mana lebih dari 62% Kematian Ibu dan Bayi terjadi di rumah sakit. Artinya akses masyarakat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan rujukan sudah cukup baik.

Tingginya kematian ini disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang terjadi mulai dari fase sebelum hamil yaitu kondisi wanita usia subur yang anemia, kurang energi kalori, obesitas, mempunyai penyakit penyerta seperti tuberculosis dan lain-lain. Pada saat hamil ibu juga mengalami berbagai penyulit seperti hipertensi, perdarahan, anemia, diabetes, infeksi, penyakit jantung dan lain-lain.

Tingginya Angka Penyakit Tidak Menular ( Diabetes, Obesitas, Jantung)

Kemenkes mengungkapkan masih tingginya prevalensi Penyakit Tidak Menular di Indonesia disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa 95,5% masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah. Kemudian 33,5% masyarakat kurang aktivitas fisik, 29,3% masyarakat usia produktif merokok setiap hari, 31% mengalami obesitas sentral serta 21,8% terjadi obesitas pada dewasa.

Permasalahan Gizi Buruk dan Stunting 

Anak dengan gizi buruk dan stunting masih menjadi momok di Indonesia. Bonus demografi yang harusnya menjadi kekuatan utama Indonesia tidak akan terjadi jika pemasalahan gizi buruk dan stunting masih melanda sampai saat ini. Dibutuhkan kesadaran dari orang tua, pemerintah dan berbagai pihak untuk bersama-sama menyadarkan bahwa gizi seimbang sebagai solusi menjadikan generasi mendatang yang mampu bersaing. 

Stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang cukup waktu lama, umumnya hal ini karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Permasalahan stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru akan terlihat ketika anak sudah menginjak usia dua tahun.

Penyebab Stunting menurut situs Adoption Nutrition menyebutkan, stunting berkembang dalam jangka panjang karena kombinasi dari beberapa atau semua faktor-faktor berikut:
  • Kurang gizi kronis dalam waktu lama
  • Retardasi pertumbuhan intrauterine
  • Tidak cukup protein dalam proporsi total asupan kalori
  • Perubahan hormon yang dipicu oleh stres
  • Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.
Perkembangan stunting adalah proses yang lambat, kumulatif dan tidak berarti bahwa asupan makanan saat ini tidak memadai. Kegagalan pertumbuhan mungkin telah terjadi di masa lalu seorang.

Literasi Gizi Masyarakat Indonesia Masih Rendah 

Dalam acara Kami Sadar Gizi, Siap Bersaing di Era Globalisasi yang diadakan oleh YAICI dan Kampung Dongeng Indonesia, Pak Arif Hidayat, ketua YAICI mengungkapkan bahwa literasi gizi masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Terbukti dengan masih banyaknya ibu yang memberikan Kental Manis sebagai pengganti asupan ASI,padahal gizinya sangat berbeda. Ditambahkan oleh Kang Maman bahwa masyarakat Indonesia ini sering malas membaca bahkan untuk sekedar membaca kandungan gizi yang ada dibalik kemasan setiap makanan dan minuman termasuk kental manis. Dan, hal ini mengakibatkan disinformasi sehingga bertebaran hoax tentang berbagai hal termasuk kental manis yang masih dikonsumsi sebagai pengganti ASI. 

Literasi gizi sebetulnya sudah diajarkan dari bangku sekolah dasar, namun pengetahuan gizi tersebut hanya dipahami sebagai hafalan semata tanpa mempraktekan pengetahuan gizi seimbang tersebut. Oh iya, kalau dahulu dikenal sebagai 4 sehat 5 sempurna, maka kini gizi seimbang disebut sebagai izi piringku yang membagi porsi makanan dalam sebuah piring dengan komposisi seimbang seperti karbohidrat, protein, sayuran, buah-buahan dan lainnya. 

Pola Konsumsi Jaman Now

Konsumsi makanan dengan gizi seimbang masih sangat rendah, karena pola konsumsi yang salah seperti fast food dan minuman kemasan. Bahkan menurut data 2015 dari Riskesdas, pola konsumsi masyarakat Indonesia sangat mengkhawatirkan, seperti hal diantaranya :

  • 55,41% remaja di Indonesia mengkonsumsi fast food setiap minggunya.
  • 27,93% remaja di Indonesia minum minuman soda 1x atau lebih setiap hari
  • 53,10% masyarakat Indonesia mengkonsumsi gula berlebih 
  • 26,20% masyarakat Indonesia mengkonsumsi garam berlebih 
  • 40,70% masyarakat Indonesia mengkonsumsi lemak berlebih
Dan, dari data tersebut juga disebutkan bahwa konsumsi buah dan sayur sangat rendah setia harinya. Dan, permasalahan ini sangat menghantui pembenahan pola konsumsi dan gizi seimbang bagi anak serta masyarakat Indonesia pada umumnya. Lalu bagaimana mengatasi permasalahan tersebut? 

Pentingnya Sadar Gizi Seimbang di Era Globalisasi


Apa yang harus dilakukan dengan beberapa fakta yang membuat kita terkejut. Daripada diam dan mengharapkan keajaiban, sudah saatnya menjadi agent of change sehingga generasi mendatang menjadi generasi kebanggaan kita bersama. 

Beberapa hal yang bisa dilakukan sedikit demi sedikit untuk mengubah kebiasaan kurang baik, mulai dari memperbaiki gizi yang dikonsumsi, membaca dan mengerti literasi dan melakukan aktivitas fisik.

Generasi Muda Harus Melek Literasi 

Buta huruf di Indonesia memang sangat rendah, namun bukan berarti literasi di Indoensia baik, namun bisa dikatakan literasi masih dari kata baik. Masyarakat Indonesia malas membaca, bahkan sekedar membaca informasi sederhana dibalik kemasan yang akan dikonsumsi. Dengan rendahnya literasi, maka disinformasi berbagai hal di masyarakat menjamur, bahkan kini hoax pun merajalela. 

Rendahnya literasi bisa dihindari dengan membaca dan melakukan riset yang mendalam tentang apapun termasuk tentang gizi seimbang yang dikonsumsi. Setelah membaca dengan benar, maka informasi yang diserap pun akan lebih mendalam sehingga bisa disampaikan lagi kepada orang yang belum mengerti informasi tersebut. 

Pernah mendengar kalau jurnal ilmiah di Indonesia sangat sedikit, hal tersebut karena memang terbatasnya literasi dan minat masyarakat terhadap riset dan pengetahuan, padahal kalau masalah kepo masalah rumah tangga orang, masyarakat sangat jago, namun tak demikian dengan riset ilmiah. 

Sadar Literasi Gizi (Baca Label dan Jangan Asal Ikut-ikutan)

Ibu-ibu biasanya akan mengikuti apa yang dikatakan tetangga termasuk pada saat memberikan makanan kepada balita. Salah satu yang dikonsumsi sebagai pengganti ASI adalah Kental Manis, namun ternyata gizi yang terkandung di dalamnya jauh dari kata bergizi dan hanya mengandung gula, sekitar 50%. Bagaimana kalau dikonsumsi balita setiap hari sebagai pengganti ASI? Kental manis bukanlah susu, dan sangat berbahaya jika dikonsumsi terus menerus tanpa ada tambahan makanan lainnya. Sangat penting bagi ibu-ibu untuk membaca label dalam kemasan apapun termasuk kental manis. 

Jangan Lupa Aktivitas Fisik dan Olahraga

Pandemi mengubah kegiatan semua orang termasuk rutinitas gerak yang menjadi sangat terbatas. Yang biasanya berolahraga di luar rumah, kini terbatas menjadi hanya di rumah saja. Memang betul kegiatan fisik berkurang, namun bukan berarti di rumah menjadi alasan untuk tidak melakukan aktivitas fisik atau olahraga. 

Kegiatan dirumah sebetulnya banyak manfaatnya terutama apabila sehari-hari sibuk dengan rutinitas kerjaan, kini bisa lebih banyak waktu luang yang bisa dimanfaatkan dengan membersihkan rumah dan menata ulang rumah sehingga lebih nyaman untuk ditinggali. Misalnya menata kamar dan membereskan barang-barang yang jarang atau sudah tidak dipakai sehingga kamar atau rumah akan terasa lega dan lebih bersih. Selain itu, kamu bisa membeli peralatan penunjang yang memacu kamu untuk berolahraga di rumah seperti matras, dumbell dan lainnya sehingga merasa nyaman untuk berolahraga di rumah.

Batasi Konsumsi Gula, Garam dan Lemak 

Konsumsi gula, garam dan lemak merupakan hal yang sebetulnya mudah namun pada kenyataannya justru sebaliknya. Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan minuman manis dan makanan asin dan pedas serta berlemak, sehingga jika dikatakan bahwa konsumsi gula, garam dan lemak harus dibatasi, maka tidak semudah yang dibayangkan. Namun, jika melihat penyakit tidak menular yang semakin hari semakin mengkhawatirkan, maka membatasi konsumsi ketiga hal tersebut adalah sebuah keharusan. 

Konsumsi gula, garam dan lemak yang dipebolehkan setiap harinya adalah sebagai berikut :

  • Batas konsumsi gula harian adalah 4 sendok makan atau sekitar 54 gram 
  • Batas konsumsi garam harian adalah 1  sendok teh atau sekitar 2000 miligram 
  • Batas konsumsi lemak/minyak harian adalah 5 sendok makan atau sekitar 72 gram 

Kampanye Sadar Gizi Melalui Dongeng 

YAICI dan Kampung Dongeng Indonesia menyadari bahwa untuk menyadarkan orang tua dan anak pentingnya gizi seimbang itu hal yang tidak mudah. Untuk mengkampanyekan Kental Manis bukan susu misalnya, dibuatlah media penyebaran melalui story telling atau dongeng sehingga mudah diterima oleh anak dan orang tua. 

Selain itu, dengan dongeng atau story telling akan timbul kreativitas anak sehingga memacu kesadaran dan membuat anak semakin termotivasi melakukan kegiatan positif dan nantinya akan lahir pendongeng cilik yang mampu menyadarkan banyak pihak pentingnya literasi gizi.Semoga dengan tulisan ini bisa menyadarkan banyak pihak pentingnya melek literasi baik tulisan dan gizi sehingga membuat masyarakat lebih sehat dan berpengetahuan luas. 


You Might Also Like

0 Comments