Antara Sampah Dan Maggot, Penambah Pundi Warga Warakas

12/06/2022 01:51:00 PM



Permasalahan sampah sepertinya masih menjadi hal yang tak berkesudahan di Indonesia, khususnya Jakarta. DKI Jakarta merupakan penyumbang sampah terbanyak ketiga di Indonesia setelah Jawa Barat dan Papua. Jakarta memproduksi kira-kira 6,7 ribu m3 per hari, bisa dibayangkan berapa ribu ton sampah yang akan dihasilkan setiap bulan bahkan setiap tahunnya. Penampungan sampah di Jakarta seperti Bantar Gebang pun memiliki kapasitas terbatas karena menampung sampah bukan hanya dari Jakarta saja melainkan wilayah lain disekitarnya. 

Jika warga daerah lain merasa sampah itu tidak bermanfaat dan harus dimusnahkan? Namun tidak dengan Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Warakasa sepertinya malah menikmati memilah-milah sampah dan mengumpukan, bahkan kini warganya tengah jatuh cinta dengan Maggot. Kira-kira apakah Maggot itu?

Dokumentasi : Ibu Wulan, PKK Warakas

Maggot, mungkin tak populer bagi masyarakat, namun peternak ikan dan ayam sangat familiar. Maggot bisa dibilang sebagai pakan alternatif untuk ikan dan ayam dengan sumber protein yang sangat tinggi.  Warga Warakas pun menangkap peluang tersebut dan membudidayakannya di Balai Warga yang berdiri 2 lantai di tengah kepadatan penduduk Tanjung Priok, Jakarta Utara. Selain membudidayakan Maggot, warga Warakas juga turut aktif dalam pengelolaan sampah, terutama ibu-ibu PKK yang diketuai oleh Ibu Wulan. Saat mengunjungi Warakas, tempat yang semula berserakan sampah kini menjadi sangat terjaga berkat pengelolaan sampah terutama bank sampah. 

Dengan senyum, Ibu Wulan pun menyambut saya dan beberapa teman yang sengaja berkunjung ke Warakas ini untuk mengetahui program apa saja yang telah dilakukan dalam pengelolaan sampah yang sangat berhasil di daerah Jakarta Utara ini.

Pengelolaan Sampah Dan Maggot Di Warakas

Saat memasuki Bank Sampah Warakas yang dibangun oleh Astra, saya melihat beberapa anak-anak yang tengah berjajan setelah pulang dari Taman Kanak-Kanak. Kebetulan Bank Sampah Warakas ini tergabung dalam Balai Warga dengan lantai bawah difungsikan sebagai Sekolah dan kumpul warga serta kantor, sedangkan lantai atas difungsikan sebagai kantor dan membudidayakan Maggot dan Sampah Organik dan Cair. 

Samtama : Sampah Tanggung Jawab Bersama, Dari Warga Untuk Warga


"Mulanya memang warga belum mau melakukan pemilahan sampah," Kata Bu Wulan. Warga tadinya memang tidak serta merta menerima program pemilahan sampah. Sampah sendiri dipilah menjadi sampah organik dan non-organik. Lama kelamaan karena sering dilakukan sosialisasi dan warga pun turut andil dalam program tersebut, maka akhirnya warga pun melakukan pemilahan sampah dengan sukarela. 

Pengelolaan sampah termasuk pemilahan ini terlebih dahulu di drop di satu titik, biasanya yang dijadikan tempat adalah ketua RW di Warakas. Setelah terkumpul di tempat tersebut, kemudian akan ditampung sesuai dengan jenis sampah yang dicatat. Relawan akan mencatat berapa sampah yang terkumpul di buku Tabungan Sampah.


Dari buku Tabungan Sampah tersebut, maka nantinya akan diuangkan sesuai dengan jumlah sampah yang sudah disubmit dan dituliskan dibuku. Disamping itu, setiap pengurus dan warga pun memiliki aplikasi Kontras, dari pemkot Jakarta Utara. Dari aplikasi ini pun sangat jelas tertera berapa penghasilan setiap satu pengelola sampah, biasanya satu tempat itu satu RW. Aplikasi ini memungkinkan untuk mengkategorikan sampah sesuai dengan jenisnya seperti sampah botol plastik, gelas plastik, karton dan lain-lainnya. 

Setiap kategori sampah memiliki nominal yang sesuai dengan nilai rupiah, setiap pool bank sampah pun memiliki aplikasi Kontras tersebut. Warga pun bisa memantau dan mengira-gira apa saja sampah yang dapat menghasilkan uang lebih banyak seperti sampah gelas plastik. Sedangkan sampah Organik pun tetap dikumpulkan dan dimanfaatkan sebagai bahan pupuk cair organik dan pakan budidaya Maggot. 


Sampah karton, botol dan lain-lainnya yang sudah ditampung, kemudian dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya dan bahannya. Seperti botol plastik dan gelas plastik, sampah non-organik yang paling mendominasi akan dirapikan dan disusun untuk dijual ke penampungan sampah pemkota Jakarta Utara. Selain itu, sampah lain-lain pun bisa dijadikan sebagai eco-brick dan dibuat kreasi lain seperti kursi dan meja sehingga menambah nilai ekonomis.

Selain menampung sampah baik organik dan non-organik, setiap bank sampah juga mengumpulkan minyak goreng jelantah. Ternyata minyak goreng jelantah ini bisa digunakan sebagai bahan pembuat beberapa produk seperti sabun cuci baju, bahan bakar lampu minyak, pupuk tanaman, cairan pembersih lantai, bahan bakar bio solar, pakan unggas dan masih banyak kegunaan lainnya. Nah, yang memiliki banyak minyak jelantah dirumah bisa ditampung dan dimanfaatkan sebagai produk tersebut. 

Nah, lalu bagaimana dengan pengolahan sampah Organik di Warakas? Ternyata sampah organik bisa digunakan sebagai kompos, pupuk cair dan pakan budidaya Maggot.

Sampah Organik dan Budidaya Maggot


Sampah organik sebetulnya lebih bisa diuraikan, karena itu sampah organik bukan menjadi masalah utama. Namun, tidak semua rumah tangga memanfaatkan sampah organik tersebut. Yang paling sederhana adalah pupuk kompos yang bisa dilakukan secara sederhana di belakang rumah atau tempat penampungan sementara di tempat seperti ember atau drum bekas. Namun, memang karena tidak tahu manfaat dan tidak membutuhkan kompos tersebut, warga Warakas pun membuang sampah tersebut bersamaan dengan sampah non-organik. Kesulitan pertama yang dialami oleh Ibu Wulan dan teman-teman di PKK sebelum adanya program pemilahan sampah ini, maka sampah pun tercampur dan akan sulit dipisahkan karena bercampur. Namun, selang waktu kesadaran warga memilah sangat membantu sekali. Kini Bank Sampah Waraksa pun memiliki beberapa produk seperti pupuk cair dan kompos serta pembudidayaan Maggot.

Maggot atau larva biasanya sangat ditakuti karena menjijikan, namun tidak buat warga Warakas. Maggot bukan menjijikan namun menambah pundi-pundi karena bisa dibudidayakan dan dijual dengan harga yang cukup menggiurkan. 


Mengembangkan peternakan Maggot tidaklah sulit mengingat Maggot berkembang biak secara alami di alam sehingga mudah diperoleh. Maggot ini bertahan hidup di lingkungan tropis dan subtropis, sehingga potensi perkembangbiakannya di Indonesia yang beriklim tropis sangat mudah diwujudkan.

Perkembangbiakan Maggot dilakukan pada media yang bersih yaitu pada media yang berbau fermentasi agar lalat BSF dan dimuat tidak ada penyakit. Lalat BSF adalah hewan yang memiliki antibiotik alami di dalam tubuhnya yang membuatnya tidak menularkan penyakit.

Dengan pembudidayaan ini, penyerapan sampah organik masyarakat pun sangat maksimal. Dengan keuntungan ekonomi yang dihasilkan, bukan tidak mungkin akan terus dilakukan dan menjadi pemecahan masalah sampah di beberapak wilayah di Jakarta maupun luar Jakarta. 

Peran Ibu Wulan dan Ibu-Ibu PKK Warakas pun sangat mengispirasi karena membuat warga Warakas yang tadinya menganggap sampah itu menjijikan, saat ini malah menganggap sampah adalah pundi-pundi emas.

Peran Astra Di Warakas


Kampung Berseri Astra adalah program pengembangan masyarakat berbasiskan komunitas yang mengintegrasikan 4 pilar program kontribusi sosial berkelanjutan, yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, di dalam satu lingkungan kampung. Visi program ini adalah mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas, dan produktif.

Warakas pun mendapatkan keistimewaan karena mendapatkan perhatian khusus yaitu dengan pendampingan dari Astra. Peran Astra ini memberikan pendampingan keempat pilar tersebut terutam pilar lingkungan dan pendidikan. Sedangkan Kesehatan pun diterapkan pada saat pandemi beberapa saat lalu. 

Warakas mengajarkan kepada kita semua, bahwa sampah pun bisa disulap menjadi pundi-pundi emas dan mampu mengurangi permasalahan sampah yang tidak ada habisnya di wilayah lain di Jakarta dan daerah lain. Warakas juga mengajarkan untuk konsisten serta memanfaatkan apapun  yang dimiliki, seperti sampah ini. 


You Might Also Like

0 Comments